Reportaseterkini.net - Do’a adalah pangkal dari segala kebaikan. Ia juga pangkal kemenangan, solusi, hidayah, dan juga taufiq (pertolongan) dalam segala aspek amal Islam, dakwah, tarbiyah, hisbah (ibadah), dan jihad.
Disebabkan oleh do’a Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman bersamanya diselamatkan oleh Allah dan orang-orang kafir ditenggelamkan.
“Maka dia (Nuh) mengadu kepada Rabbnya: “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku).” Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemu lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).” (Qs. Al-Qamar [54] : 10-14)
Disebabkan oleh do’a pula Nabi Yunus selamat dari perut ikan paus, setelah tiga malam berada di dalam kegelapannya.
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-Anbiyaa’ [21] : 87-88)
Disebabkan oleh do’a kesulitan yang menimpa Nabi Ayyub as. dan diangkat oleh Allah.
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Wahai Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.”
(Qs. Al-Anbiyaa’ [21] : 83-84)
Disebabkan oleh do’a Nabi Musa as. diselamatkan oleh Allah dari Fir’aun dan kaumnya.
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Wahai Rabbku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (Qs. Al-Qashash [28] : 21)
Allah juga memberikan taufiq kepada Musa sehubungan dengan dakwahnya kepada Fir’aun dan kaumnya, di samping juga dia meneguhkannya di hadapan mereka. Sungguh posisi Musa pada saat itu benar-benar dalam keadaan yang sulit dan berat. Sampai sejauh mana hal itu, hanya dapat dipahami oleh mereka yang berani menyuarakan kebenaran di mana pun kapanpun.
“Berkata Musa: “Wahai Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,” (Qs. Thaahaa [20] : 25-26)
Disebabkan oleh do’a Allah menghancurkan dan membinasakan Fir’aun beserta kaumnya, kemudian menguasakan Bani Israil di muka bumi.
“Musa berkata: “Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Wahai Rabb Kami – akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Wahai Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” AlIah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.””(Qs. Yunus [10] : 88-89) [reportaseterkini.net]
Rabu, 25 Mei 2016
Ya Rasulullah, Jangan Tinggalkan Kami, Bagaimana Hidup Kami Jika Tanpamu? (Merinding Bacanya)
Reportaseterkini.net - “Suatu hari, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat ketika sedang sakit dan sebelum wafat. Nabi bersabda, “Siapa di antara kalian yang pernah aku sakiti dan ingin membalas apa yang aku lakukan, sebelum aku dipanggil Allah SWT?".
Semua sahabat diam membisu, tidak ada satu pun yang menyela atau menjawab. Di antara lingkaran sahabat, salah satu yang duduk di belakang mengangkat tangan sambil berkata: "Aku, ya Rasulullah. Ketika aku belum masuk islam, aku berperang melawan engkau, lalu engkau cambuk aku berkali-kali. Aku ingin membalas apa yang Engkau telah lakukan,” katanya.
Mendengar apa yang disampaikan oleh sahabat ini, para sahabat yang lain marah, bahkan sebagian ingin langsung menghabisinya. Umar bin Khattab malah langsung mengeluarkan pedang, namun Rasulullah memberikan tanda untuk tidak melakukannya. "Silakan, sahabatku, apa yang ingin engkau lakukan?”, kata Nabi.
“Bukalah bajumu, ya Rasulullah, waktu engkau cambuk aku, ketika itu aku tidak memakai baju,” katanya.
Mereka yang mendengar hal tersebut, semakin marah dan merasa si sahabat ini sudah keterlaluan. Mereka melihat Nabi sedang sakit dan harus menuruti permintaannya. “Baiklah,” kata Nabi. Maka pelan-pelan Nabi membuka bajunya, terlihat begitu letih karena sakit. Sebagian dari mereka hanya menangis melihat apa lagi yang akan diminta oleh sahabat itu. Ketika baju terlepas dari tubuh Nabi, terpancarlah cahaya yang begitu terang, dan sahabat yang sudah memegang cambuk itu mendekati Sang Nabi sambil berlari memeluknya dan berkata, ”Ya Rasulullah, jangan tinggalkan kami, bagaimana hidup kami tanpamu, aku ingin memeluk Engkau, itulah mengapa aku melakukan ini.” katanya.
Lalu Nabi bersabda: "Engkaulah salah satu penguni surga bersamaku". o
____________________
Ya Rasul, apakah terhadap aku yang berlumur dosa ini, engkau pula akan mengatakan padaku "Engkaulah salah satu penghuni surga bersamaku?" [reportaseterkini.net]
Semua sahabat diam membisu, tidak ada satu pun yang menyela atau menjawab. Di antara lingkaran sahabat, salah satu yang duduk di belakang mengangkat tangan sambil berkata: "Aku, ya Rasulullah. Ketika aku belum masuk islam, aku berperang melawan engkau, lalu engkau cambuk aku berkali-kali. Aku ingin membalas apa yang Engkau telah lakukan,” katanya.
Mendengar apa yang disampaikan oleh sahabat ini, para sahabat yang lain marah, bahkan sebagian ingin langsung menghabisinya. Umar bin Khattab malah langsung mengeluarkan pedang, namun Rasulullah memberikan tanda untuk tidak melakukannya. "Silakan, sahabatku, apa yang ingin engkau lakukan?”, kata Nabi.
“Bukalah bajumu, ya Rasulullah, waktu engkau cambuk aku, ketika itu aku tidak memakai baju,” katanya.
Mereka yang mendengar hal tersebut, semakin marah dan merasa si sahabat ini sudah keterlaluan. Mereka melihat Nabi sedang sakit dan harus menuruti permintaannya. “Baiklah,” kata Nabi. Maka pelan-pelan Nabi membuka bajunya, terlihat begitu letih karena sakit. Sebagian dari mereka hanya menangis melihat apa lagi yang akan diminta oleh sahabat itu. Ketika baju terlepas dari tubuh Nabi, terpancarlah cahaya yang begitu terang, dan sahabat yang sudah memegang cambuk itu mendekati Sang Nabi sambil berlari memeluknya dan berkata, ”Ya Rasulullah, jangan tinggalkan kami, bagaimana hidup kami tanpamu, aku ingin memeluk Engkau, itulah mengapa aku melakukan ini.” katanya.
Lalu Nabi bersabda: "Engkaulah salah satu penguni surga bersamaku". o
____________________
Ya Rasul, apakah terhadap aku yang berlumur dosa ini, engkau pula akan mengatakan padaku "Engkaulah salah satu penghuni surga bersamaku?" [reportaseterkini.net]
Kamu Tulang Rusuk, Aku Tulang Punggung, Ini Maknanya ! Suami Istri Baca ini Sebentar
Reportaseterkini.net - Seiring serangan budaya Barat ke negeri-negeri muslim, termasuk negeri ini maka di satu sisi kaum hawa tak mau kalah perannya di sektor publlik dengan kaum pria. Sementara di sisi yang lain, dengan alasan tuntutan ekonomi, seorang suami terpaksa membiarkan istrinya bekerja di sektor publik.
Fenomena di atas adalah fakta yang tak bisa dipungkiri yang memang tengah terjadi di sekitar kita. Padahal Islam telah menempat posisi laki-perempuan dan atau suami-isteri, sesuai dengan porsinya, yang ini tidak bisa digeser atau ditukar. Seperti kewajiban mencari nafkah telah dibebankan oleh Allah atas laki-laki, tidak atas wanita (QS al-Baqarah [2]: 233; QS at-Thalaq: 6). Sebaliknya, perintah untuk mendidik anak ditujukan kepada ayah dan ibu (QS at-Tahrim: 6). Karena Allah telah menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga (QS an-Nisa’ [4]: 34) maka terbentuklah pembagian peran sosial antara laki-laki dan wanita.
Wanita lebih mengutamakan tugasnya di rumah tangga, sementara laki-laki mencari nafkah di luar rumah. Laki-laki menjadi pemimpin yang dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah akan nasib orang yang dipimpinnya, sedangkan wanita akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah mengenai ketaatannya kepada laki-laki (suami) yang menjadi pemimpinnya.
Di sektor publik, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama, terutama dalam urusan dakwah dan amar makruf nahi mungkar (QS Ali Imran [3]: 104 dan 110; QS at-Taubah [9]: 71). Tidak menjadi masalah pada saat wanita tidak ikut memutuskan sesuatu yang menyangkut urusan dirinya, karena kebutuhan-kebutuhan hidupnya memang terpenuhi dengan baik.
Kalaupun kebutuhannya tidak dipenuhi oleh suami atau walinya, ia akan mengingatkan pemimpinnya itu agar takut kepada Allah karena hak-haknya tidak dipenuhi. Begitulah seharusnya, bukan bertukar posisi. Suami adalah tulang punggung, dan istri tetaplah tulang rusuk. [reportaseterkini.net]
Fenomena di atas adalah fakta yang tak bisa dipungkiri yang memang tengah terjadi di sekitar kita. Padahal Islam telah menempat posisi laki-perempuan dan atau suami-isteri, sesuai dengan porsinya, yang ini tidak bisa digeser atau ditukar. Seperti kewajiban mencari nafkah telah dibebankan oleh Allah atas laki-laki, tidak atas wanita (QS al-Baqarah [2]: 233; QS at-Thalaq: 6). Sebaliknya, perintah untuk mendidik anak ditujukan kepada ayah dan ibu (QS at-Tahrim: 6). Karena Allah telah menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga (QS an-Nisa’ [4]: 34) maka terbentuklah pembagian peran sosial antara laki-laki dan wanita.
Wanita lebih mengutamakan tugasnya di rumah tangga, sementara laki-laki mencari nafkah di luar rumah. Laki-laki menjadi pemimpin yang dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah akan nasib orang yang dipimpinnya, sedangkan wanita akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah mengenai ketaatannya kepada laki-laki (suami) yang menjadi pemimpinnya.
Di sektor publik, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama, terutama dalam urusan dakwah dan amar makruf nahi mungkar (QS Ali Imran [3]: 104 dan 110; QS at-Taubah [9]: 71). Tidak menjadi masalah pada saat wanita tidak ikut memutuskan sesuatu yang menyangkut urusan dirinya, karena kebutuhan-kebutuhan hidupnya memang terpenuhi dengan baik.
Kalaupun kebutuhannya tidak dipenuhi oleh suami atau walinya, ia akan mengingatkan pemimpinnya itu agar takut kepada Allah karena hak-haknya tidak dipenuhi. Begitulah seharusnya, bukan bertukar posisi. Suami adalah tulang punggung, dan istri tetaplah tulang rusuk. [reportaseterkini.net]
Nafkah Ke Orang Tua Atau Istri, Mana yang Harus Di Dahulukan ? Ini Jawabannya !
Reportaseterkini.net - Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Suami memiliki kewajiban nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Ia juga berkewajiban menafkahi orang tuanya jika keduanya miskin; tidak punya harta dan pekerjaan yang mencukupi kebutuhannya.
Ibnul Mundzir berkata: "Para ulama sepakat, menafkahi kedua orang tua yang miskin yang tidak punya pekerjaan dan tidak punya harta merupakan kewajiban yang ada dalam harta anak, baik kedua orang tua itu muslim atau kafir, baik anak itu laki-laki atau perempuan."
Beliau mendasarkannya kepada firman Allah Ta'ala,
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
"Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (QS. Luqman: 15) di antaranya melalui nafkah dan pemberian yang membuat mereka senang.
Jika ia mampu menafkahi semuanya secara keseluruhan maka ia wajib melakukannya. Jika tidak mampu –karena hartanya sedikit atau penghasilannya tidak mencukupi- maka ia wajib mendahulukan nafkah istri dan anak-anaknya atas selain mereka.
Memang benar tidak ditemukan keterangan dalam Al-Qur'an agar mendahulukan istri atas lainnya dalam urusan nafkah. Namun, kita temukan dalam Sunnah Nabawiyah petunjuknya.
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Mulailah bershadaqah dengannya untuk dirimu sendiri. Jika masih ada sisanya, maka untuk keluargamu. Jika masih ada sisanya, maka untuk kerabatmu. Dan jika masih ada sisanya, maka untuk orang-orang di sekitarmu.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّدَقَةِ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي دِينَارٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ أَوْ قَالَ زَوْجِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى خَادِمِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ أَنْتَ أَبْصَرُ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan bersedekah. Lalu ada seseorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, aku punya dinar.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk dirimu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk istrimu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk orang tuamu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk pembantumu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Kamu lebih tahu”.” (HR. Abu Dawud dan Al-Nasai, ini lafadz Abu Dawud. Dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 895)
Al-Muhallab berkata, “Nafkah kepada keluarga adalah wajib berdasarkan ijma’. Sesungguhnya Syari’ (Allah) menyebutnya sedekah karena takut mereka menduga bahwa menunaikan kewajiban ini tidak ada pahala di dalamnya. Padahal mereka telah tahu, ada pahala dalam sedekah. Lalu Allah memberitahu mereka bahwa nafkah itu menjadi sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkannya kepada selain keluarganya kecuali setelah mencukupkan kebutuhan mereka. Ini sebagai dorongan untuk mereka agar memberikan sedekah yang wajib sebelum sedekah sunnah.” (Dinukil dari Fathul Baari: 9/623)
Al-Khathabi berkata, “Urutan ini, apabila kamu perhatikan niscaya kamu tahu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendahulukan yang utama, lalu baru yang paling lebih dekat (hubungannya).” Kemudian beliau memberikan urutannya: diri sendiri, anak, istri, orang tua, pembantu, lalu orang lain. (Aunul Ma’bud: 5/76)
Imam Nawawi berkata: apabila ada beberapa orang yang sangat membutuhkan uluran tangan dari orang yang wajib dinafkahi oleh seseorang, maka ia lihat; jika cukup hartanya atau penghasilannya untuk menafkahi mereka semua maka ia wajib menafkahi mereka semuanya yang dekat maupun yang jauh. Jika tidak tersisa setelah kebutuhan pribadinya kecuali untuk satu orang, ia utamakan nafkah istrinya atas kerabat-kerabatnya. . . karena kewajiban menafkahinya lebih ditekankan. Sebab, menafkahi istri terus berlaku baginya sepanjang masa dan dalam kondisi pailit.” (Raudhah al-Thalibin: 9/93)
Al-Mardawi dalam al-inshaf (9/392), menyebutkan pendapat yang shahih dari madhab Hambali kewajiban menafkahi kedua orang tua apabila masih ada kelebihan untuk dirinya dan istrinya.
Al-Syaukani berkata: Sesungguhnya telah tegak ijma’ atas wajibnya menafkahi istri, lalu apabila masih ada sisa maka diberikan kepada kerabat dekatnya.” (Nailul Authar: 6/381)
Ringkasnya, tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama untuk mendahulukan istri dalam nafkah atas orang tua. Maka bagi seorang suami (kepala keluarga) agar mencukupkan nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan baik. Jika masih ada kelebihan, maka wajib atasnya untuk memberikan nafkah untuk kedua orang tuanya. Wallahu Ta’ala A’lam.
Sumber : voa-islam.com
Suami memiliki kewajiban nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Ia juga berkewajiban menafkahi orang tuanya jika keduanya miskin; tidak punya harta dan pekerjaan yang mencukupi kebutuhannya.
Ibnul Mundzir berkata: "Para ulama sepakat, menafkahi kedua orang tua yang miskin yang tidak punya pekerjaan dan tidak punya harta merupakan kewajiban yang ada dalam harta anak, baik kedua orang tua itu muslim atau kafir, baik anak itu laki-laki atau perempuan."
Beliau mendasarkannya kepada firman Allah Ta'ala,
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
"Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (QS. Luqman: 15) di antaranya melalui nafkah dan pemberian yang membuat mereka senang.
Jika ia mampu menafkahi semuanya secara keseluruhan maka ia wajib melakukannya. Jika tidak mampu –karena hartanya sedikit atau penghasilannya tidak mencukupi- maka ia wajib mendahulukan nafkah istri dan anak-anaknya atas selain mereka.
Memang benar tidak ditemukan keterangan dalam Al-Qur'an agar mendahulukan istri atas lainnya dalam urusan nafkah. Namun, kita temukan dalam Sunnah Nabawiyah petunjuknya.
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Mulailah bershadaqah dengannya untuk dirimu sendiri. Jika masih ada sisanya, maka untuk keluargamu. Jika masih ada sisanya, maka untuk kerabatmu. Dan jika masih ada sisanya, maka untuk orang-orang di sekitarmu.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّدَقَةِ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ عِنْدِي دِينَارٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى زَوْجَتِكَ أَوْ قَالَ زَوْجِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى خَادِمِكَ قَالَ عِنْدِي آخَرُ قَالَ أَنْتَ أَبْصَرُ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan bersedekah. Lalu ada seseorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, aku punya dinar.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk dirimu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk istrimu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk orang tuamu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkanlah untuk pembantumu.” Ia berkata, “Aku masih punya yang lain.” Beliau bersabda, “Kamu lebih tahu”.” (HR. Abu Dawud dan Al-Nasai, ini lafadz Abu Dawud. Dihassankan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 895)
Al-Muhallab berkata, “Nafkah kepada keluarga adalah wajib berdasarkan ijma’. Sesungguhnya Syari’ (Allah) menyebutnya sedekah karena takut mereka menduga bahwa menunaikan kewajiban ini tidak ada pahala di dalamnya. Padahal mereka telah tahu, ada pahala dalam sedekah. Lalu Allah memberitahu mereka bahwa nafkah itu menjadi sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkannya kepada selain keluarganya kecuali setelah mencukupkan kebutuhan mereka. Ini sebagai dorongan untuk mereka agar memberikan sedekah yang wajib sebelum sedekah sunnah.” (Dinukil dari Fathul Baari: 9/623)
Al-Khathabi berkata, “Urutan ini, apabila kamu perhatikan niscaya kamu tahu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendahulukan yang utama, lalu baru yang paling lebih dekat (hubungannya).” Kemudian beliau memberikan urutannya: diri sendiri, anak, istri, orang tua, pembantu, lalu orang lain. (Aunul Ma’bud: 5/76)
Imam Nawawi berkata: apabila ada beberapa orang yang sangat membutuhkan uluran tangan dari orang yang wajib dinafkahi oleh seseorang, maka ia lihat; jika cukup hartanya atau penghasilannya untuk menafkahi mereka semua maka ia wajib menafkahi mereka semuanya yang dekat maupun yang jauh. Jika tidak tersisa setelah kebutuhan pribadinya kecuali untuk satu orang, ia utamakan nafkah istrinya atas kerabat-kerabatnya. . . karena kewajiban menafkahinya lebih ditekankan. Sebab, menafkahi istri terus berlaku baginya sepanjang masa dan dalam kondisi pailit.” (Raudhah al-Thalibin: 9/93)
Al-Mardawi dalam al-inshaf (9/392), menyebutkan pendapat yang shahih dari madhab Hambali kewajiban menafkahi kedua orang tua apabila masih ada kelebihan untuk dirinya dan istrinya.
Al-Syaukani berkata: Sesungguhnya telah tegak ijma’ atas wajibnya menafkahi istri, lalu apabila masih ada sisa maka diberikan kepada kerabat dekatnya.” (Nailul Authar: 6/381)
Ringkasnya, tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama untuk mendahulukan istri dalam nafkah atas orang tua. Maka bagi seorang suami (kepala keluarga) agar mencukupkan nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan baik. Jika masih ada kelebihan, maka wajib atasnya untuk memberikan nafkah untuk kedua orang tuanya. Wallahu Ta’ala A’lam.
Sumber : voa-islam.com
Berniat Cari Kesalahan Al-Qur'an, Pemuda Hindu ini Malah Masuk Islam, Subhanallah
Reportaseterkini.net - Aangkatan laut (AL) quran menggambarkan kebenaran yang haqiqi karna bersumber dari allah sampai sekeras apa juga mencari kekeliruan dalam angkatan laut (AL) quran, tetaplah kita tidak mampu menciptakannya. begitu pula yang dialami oleh muhammad ishaq yang dahulu ialah seorang girish ks udupa. satu kasta dalam hindu yang paling tinggi. alih - alih mencari kesalahan kalamullah itu, dia malah beroleh anugerah masuk islam.
berasal dari membaca terjemahan angkatan laut (AL) quran buat mencari kesalahan berisi, dia malah seakan di beri jawaban atas seluruh persoalan yang terdapat pada benaknya hingga saat ini. masing - masing kalimatnya jadi pembersih yang melenyapkan seluruhnya keraguannya.
nyaris tiap hari dia membenarkan buat membaca seputar 4 taman dengan iktikad utk sedini mungkin merampungkan misinya. namun tampaknya, dia tidak mampu merampungkan 1/2 taman pula. dia rasakan satu jawaban hal - hal diri didalamnya dari mulai dini terbuat hingga iktikad dia terdapat didunia. kian dekatlah muhammad ishaq dengan angkatan laut (AL) quran dan kian dekat pula dengan sang pencipta.
angkatan laut (AL) quran yang dibacanya bagaikan pemberian dari saudaranya. semenjak mulai waktu itu, dia kerapkali berjumpa dan juga bertatap muka semata - mata membahas menimpa jus ataupun juga kopi. namun sesuatu hari dikala bersua dengan kerabat muslimnya itu, dia kemudian berfikir gimana apabila saat ini saudaranya mati, bisa jadi aja hendak masuk surga lantaran sudah jalani perintah allah dengan optimal.
dia kemudian berputar bertanya pada dianya apabila dalam posisi itu, apakah masuk surga ataupun neraka? dia pula berulang lagi rumahnya dan buat kesatu kalinya dia berdoa dengan khusyuk pada allah. dia pula kemudian tertidur lantaran kesedihan dan kerasa kantuk yang amat begitu. dikala keesokannya, dia memastikan buat menelepon saudaranya yang muslim bahwa dia menginginkan masuk islam.
saudaranya yang muslim lalu bawa dia ke islamic center dan dengan disaksikan 2 orang, dia pula mengatakan keislamannya dalam bhs arab dan inggris.
“laa ilaaha illallah muhammadur rasuulullah”
satu sensasi luar biasa lekas dia rasakan dikala berkata kalimat syahadat itu. dia rasakan beban hidupnya lenyap dan serupa satu napas baru buatnya terasa demikian antusias.
alhamdulillah berbarengan islam, dikala ini ekspedisi hidupnya alamiah kebahagiaan dan kenikmatan hidup yang optimal. dia pula berdedikasi buat menebarkan kebahagiaannya itu lewat jalur dakwah dan mengharapkan meninggalkan dunia dalam keadaan muslim.
Sumber: liputanupdate. com
berasal dari membaca terjemahan angkatan laut (AL) quran buat mencari kesalahan berisi, dia malah seakan di beri jawaban atas seluruh persoalan yang terdapat pada benaknya hingga saat ini. masing - masing kalimatnya jadi pembersih yang melenyapkan seluruhnya keraguannya.
nyaris tiap hari dia membenarkan buat membaca seputar 4 taman dengan iktikad utk sedini mungkin merampungkan misinya. namun tampaknya, dia tidak mampu merampungkan 1/2 taman pula. dia rasakan satu jawaban hal - hal diri didalamnya dari mulai dini terbuat hingga iktikad dia terdapat didunia. kian dekatlah muhammad ishaq dengan angkatan laut (AL) quran dan kian dekat pula dengan sang pencipta.
angkatan laut (AL) quran yang dibacanya bagaikan pemberian dari saudaranya. semenjak mulai waktu itu, dia kerapkali berjumpa dan juga bertatap muka semata - mata membahas menimpa jus ataupun juga kopi. namun sesuatu hari dikala bersua dengan kerabat muslimnya itu, dia kemudian berfikir gimana apabila saat ini saudaranya mati, bisa jadi aja hendak masuk surga lantaran sudah jalani perintah allah dengan optimal.
dia kemudian berputar bertanya pada dianya apabila dalam posisi itu, apakah masuk surga ataupun neraka? dia pula berulang lagi rumahnya dan buat kesatu kalinya dia berdoa dengan khusyuk pada allah. dia pula kemudian tertidur lantaran kesedihan dan kerasa kantuk yang amat begitu. dikala keesokannya, dia memastikan buat menelepon saudaranya yang muslim bahwa dia menginginkan masuk islam.
saudaranya yang muslim lalu bawa dia ke islamic center dan dengan disaksikan 2 orang, dia pula mengatakan keislamannya dalam bhs arab dan inggris.
“laa ilaaha illallah muhammadur rasuulullah”
satu sensasi luar biasa lekas dia rasakan dikala berkata kalimat syahadat itu. dia rasakan beban hidupnya lenyap dan serupa satu napas baru buatnya terasa demikian antusias.
alhamdulillah berbarengan islam, dikala ini ekspedisi hidupnya alamiah kebahagiaan dan kenikmatan hidup yang optimal. dia pula berdedikasi buat menebarkan kebahagiaannya itu lewat jalur dakwah dan mengharapkan meninggalkan dunia dalam keadaan muslim.
Sumber: liputanupdate. com
Video : Pria Mengaku Nabi, Nekat Masuk Kandang Singa, Akibatnya ....
Reportaseterkini.net - Aksi pria Cile bernama Franco Luis Ferrada Roman ini sungguh nekat. Pria berusia 20 tahun itu sengaja melompat ke kandang singa karena menganggap dirinya seorang nabi.
Ferrada Roman meninggalkan sebuah tulisan dan sepucuk surat sebelum melompat ke dalam kandang singa di Kebun Binatang Metropolitan, Santiago, Cile. Ia berhasil selamat meski menderita sejumlah luka di sekujur tubuhnya.
Polisi harus menembak mati masing-masing satu singa jantan dan betina akibat ulah Ferrada Roman itu. Kedua singa tersebut berusaha mencabik-cabiknya di hadapan pengunjung yang ketakutan.
Berdasarkan surat yang ditinggalkan Ferrada Roman, otoritas setempat yakin aksi itu didorong sebuah delusi bukan karena keinginan untuk bunuh diri. Ia ingin membuat keajaiban di hadapan pengunjung untuk membuktikan dirinya suci seperti kisah Daniel di Gua Singa yang tertulis dalam Injil.
“Malaikatku, lindungiku dari para musuh. Aku punya kekuatan untuk melakukan apa pun yang aku mau. Setan takut kepadaku. Aku akan mengunci mereka sehingga tidak akan keluar lagi,” tulis Ferrada Roman dalam suratnya, sebagaimana dikutip Express, Rabu (25/5/2016).
Ferrada Roman berada dalam kondisi stabil dalam perawatan klinik lokal. Direktur Kebun Binatang Metropolitan, Alejandra Montalva, menjelaskan pemuda itu membuka tutup kandang dan membuka kausnya untuk menarik perhatian para singa. Menurut saksi mata, singa-singa sempat mengacuhkannya sebelum mengajak Ferrada Roman bermain serta mulai menyerangnya.
Copy Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=ovoDNxtig4E
Montalva mengatakan keputusan menembak mati singa diambil atas pertimbangan keselamatan korban. “Penembak memutuskan untuk menyelamatkan nyawa si pria dengan mengorbankan nyawa dua anggota keluarga singa kami. Tentunya kami sangat terluka dan sedih,” ucapnya dengan sedih.
Sumber : atjehcyber.net
Ferrada Roman meninggalkan sebuah tulisan dan sepucuk surat sebelum melompat ke dalam kandang singa di Kebun Binatang Metropolitan, Santiago, Cile. Ia berhasil selamat meski menderita sejumlah luka di sekujur tubuhnya.
Polisi harus menembak mati masing-masing satu singa jantan dan betina akibat ulah Ferrada Roman itu. Kedua singa tersebut berusaha mencabik-cabiknya di hadapan pengunjung yang ketakutan.
Berdasarkan surat yang ditinggalkan Ferrada Roman, otoritas setempat yakin aksi itu didorong sebuah delusi bukan karena keinginan untuk bunuh diri. Ia ingin membuat keajaiban di hadapan pengunjung untuk membuktikan dirinya suci seperti kisah Daniel di Gua Singa yang tertulis dalam Injil.
“Malaikatku, lindungiku dari para musuh. Aku punya kekuatan untuk melakukan apa pun yang aku mau. Setan takut kepadaku. Aku akan mengunci mereka sehingga tidak akan keluar lagi,” tulis Ferrada Roman dalam suratnya, sebagaimana dikutip Express, Rabu (25/5/2016).
Ferrada Roman berada dalam kondisi stabil dalam perawatan klinik lokal. Direktur Kebun Binatang Metropolitan, Alejandra Montalva, menjelaskan pemuda itu membuka tutup kandang dan membuka kausnya untuk menarik perhatian para singa. Menurut saksi mata, singa-singa sempat mengacuhkannya sebelum mengajak Ferrada Roman bermain serta mulai menyerangnya.
Copy Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=ovoDNxtig4E
Montalva mengatakan keputusan menembak mati singa diambil atas pertimbangan keselamatan korban. “Penembak memutuskan untuk menyelamatkan nyawa si pria dengan mengorbankan nyawa dua anggota keluarga singa kami. Tentunya kami sangat terluka dan sedih,” ucapnya dengan sedih.
Sumber : atjehcyber.net
Masha Allah, Inilah Keutamaan Memperbanyak Membaca Al-Qur'an Di Bulan Ramadhan
Reportaseterkini.net - Ibnu Rajab beekata: Dalam hadits Fathimah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau mengabarkan kepadanya:
أنّ جبريل عليه السلام كان يعارضه القرآن كل عام مرةً وأنّه عارضه في عام وفاته مرتين
Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam menyimak Al-Qur’an yang dibacakan Nabi sekali pada setiap tahunnya, dan pada tahun wafatnya Nabi, Jibril menyimaknya dua kali. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dan dalam hadits Ibnu Abbas:
أنّ المدارسة بينه وبين جبريل كانت ليلاً
Bahwasanya pengkajian terhadap Al-Qur’an antara beliau dengan Jibril terjadi pada malam bulan Ramadhan. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits ini menunjukkan disunnahkannya memperbanyak membaca Al-Quran pada malam bulan Ramadhan, karena waktu malam terputus segala kesibukan, terkumpul pada malam itu berbagai harapan, hati dan lisan pada malam bisa berpadau untuk bertaddabur, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْءاً وَأَقْوَمُ قِيلاً
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (Al-Muzammil: 6)
Bulan Ramadhan mempunyai kekhususan tersendiri dengan (diturunkannya) Al-Qur’an, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah: 185) Latha’iful Ma’arif hal. 315.
Oleh kerena itulah para ‘ulama salaf rahimahumullah sangat bersemangat untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Sebelum kita melihat bagaimana para ulama salaf bersama Al Qurán, berikut beberapa penjelasan tentang keutamaan membaca Al Qurán, semoga kita semakin semangat dalam membacanya di bulan Ramadhan.
Keutamaan Membaca Al Qur'an
Diriwayatkan daripada Abdul Humaidi Al-Hamani, katanya: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi)
“Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”
(Ad-Darimi meriwayatkan dengan isnadnya dari Abdullah bin mas’ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam)
- At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran, Imam Nawawi rahimahullah-
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS.Faathir: 29-30)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An Nahl 102)
Sekiranya manusia mau memperhatikan Al-Qur’an dan merenungkannya, niscaya hatinya akan lembut dan khusyu’...
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr:21).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an itu bagaikan buah utrujjah, harum baunya dan enak rasanya, sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an itu bagaikan buah kurma yang tidak ada baunya namun enak rasanya. Dan perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur’an bagaikan buah raihanah, harum baunya tapi pahit rasanya. Sedangkan orang munafiq yang tidak membaca Al Qur’an itu bagaikan buah handzalah yang tidak ada baunya bahkan pahit rasanya. (HR. Bukhari & Muslim)
Teladan ulama salaf bersama Al Qurán dibulan Ramadhan.
- Al-Imam Malik bin Anas jika memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan pelajaran hadits dan majelis ahlul ilmi, dan beliau mengkonsentrasikan kepada membaca Al Qur’an dari mushaf.
- Dahulu Al-Aswad bin Yazid mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan setiap dua malam, beliau tidur antara Magrib dan Isya’. Sedangkan pada selain bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur’an selama 6 hari.
- Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri jika datang bulan Ramadhan beliau meninggalkan manusia dan mengkonsentrasikan diri untuk membaca Al Qur’an.
- Said bin Zubair mangkhatamkan Al-Qur’an pada setiap 2 malam.
- Zabid Al-Yami jika datang bulan Ramadhan beliau menghadirkan mushaf dan murid-muridnya berkumpul di sekitarnya.
- Al-Walid bin Abdil Malik mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 3 malam sekali, dan mengkhatamkannya sebanyak 17 kali selama bulan Ramadhan.
- Abu ‘Awanah berkata : Aku menyaksikan Qatadah mempelajari Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
- Qatadah mengkhatamkan Al-Qur’an pada hari-hari biasa selama 7 hari, jika datang bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya selama 3 hari, dan pada 10 terakhir Ramadhan beliau mengkhatamkannya pada setiap malam.
- Rabi’ bin Sulaiman berkata: Dahulu Al-Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali, dan pada setiap bulannya (selain Ramadhan) sebanyak 30 kali.
- Waki’ bin Al-Jarrah membaca Al-Quran pada malam bulan Ramadhan serta mengkhatamkannya ketika itu juga dan ditambah sepertiga dari Al Qur’an, shalat 12 rakaat pada waktu dhuha, dan shalat sunnah sejak ba’da zhuhur hingga ashar.
- Al-Qasim bin ‘Ali berkata menceritakan ayahnya Ibnu ‘Asakir (pengarang kitab Tarikh Dimasyqi): Beliau adalah seorang yang sangat rajin melakukan shalat berjama’ah dan rajin membaca Al-Qur’an, beliau mengkhatamkannya setiap Jum’at, dan mengkhatamkannya setiap hari pada bulan Ramadhan serta beri’tikaf di menara timur.
- Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (penulis kitab hadits shahih Bukhari) mengkhatamkan Al Qur’an pada siang bulan Ramadhan setiap harinya dan setelah melakukan shalat tarawih beliau mengkhatamkannya setiap 3 malam sekali.
Faidah :
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata: Bahwasanya larangan mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari itu adalah apabila dilakukan secara terus menerus. Adapun pada waktu-waktu yang terdapat keutamaan padanya seperti bulan Ramadhan terutama pada malam-malam yang dicari/diburu padanya lailatul qadr atau pada tempat-tempat yang memiliki keutamaan seperti Makkah bagi siapa saja yang memasukinya selain penduduk negeri itu, maka disukainya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, dalam rangka memanfaatkan (keutamaan) waktu dan tempat tersebut. Ini adalah pendapat (Imam) Ahmad, Ishaq, dan selainnya dari kalangan ulama’ . (Latha’iful Ma’arif).
Dari Usman bin Affan radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
==============
==============
Catatan:
Yang sangat penting dari membaca Al Qurán adalah memberi pengajaran bagi hati. Olehnya itu hendaknya membacanya dengan mengetahui arti bacaan. Dan jika belum mampu untuk mengetahui artinya secara langsung maka minimal membaca Al Qurán beserta terjemahnya. Baarakallahu fiikum.
أنّ جبريل عليه السلام كان يعارضه القرآن كل عام مرةً وأنّه عارضه في عام وفاته مرتين
Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam menyimak Al-Qur’an yang dibacakan Nabi sekali pada setiap tahunnya, dan pada tahun wafatnya Nabi, Jibril menyimaknya dua kali. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dan dalam hadits Ibnu Abbas:
أنّ المدارسة بينه وبين جبريل كانت ليلاً
Bahwasanya pengkajian terhadap Al-Qur’an antara beliau dengan Jibril terjadi pada malam bulan Ramadhan. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadits ini menunjukkan disunnahkannya memperbanyak membaca Al-Quran pada malam bulan Ramadhan, karena waktu malam terputus segala kesibukan, terkumpul pada malam itu berbagai harapan, hati dan lisan pada malam bisa berpadau untuk bertaddabur, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْءاً وَأَقْوَمُ قِيلاً
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (Al-Muzammil: 6)
Bulan Ramadhan mempunyai kekhususan tersendiri dengan (diturunkannya) Al-Qur’an, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah: 185) Latha’iful Ma’arif hal. 315.
Oleh kerena itulah para ‘ulama salaf rahimahumullah sangat bersemangat untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Sebelum kita melihat bagaimana para ulama salaf bersama Al Qurán, berikut beberapa penjelasan tentang keutamaan membaca Al Qurán, semoga kita semakin semangat dalam membacanya di bulan Ramadhan.
Keutamaan Membaca Al Qur'an
Diriwayatkan daripada Abdul Humaidi Al-Hamani, katanya: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi)
“Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”
(Ad-Darimi meriwayatkan dengan isnadnya dari Abdullah bin mas’ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam)
- At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran, Imam Nawawi rahimahullah-
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS.Faathir: 29-30)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. An Nahl 102)
Sekiranya manusia mau memperhatikan Al-Qur’an dan merenungkannya, niscaya hatinya akan lembut dan khusyu’...
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr:21).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an itu bagaikan buah utrujjah, harum baunya dan enak rasanya, sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an itu bagaikan buah kurma yang tidak ada baunya namun enak rasanya. Dan perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur’an bagaikan buah raihanah, harum baunya tapi pahit rasanya. Sedangkan orang munafiq yang tidak membaca Al Qur’an itu bagaikan buah handzalah yang tidak ada baunya bahkan pahit rasanya. (HR. Bukhari & Muslim)
Teladan ulama salaf bersama Al Qurán dibulan Ramadhan.
- Al-Imam Malik bin Anas jika memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan pelajaran hadits dan majelis ahlul ilmi, dan beliau mengkonsentrasikan kepada membaca Al Qur’an dari mushaf.
- Dahulu Al-Aswad bin Yazid mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan setiap dua malam, beliau tidur antara Magrib dan Isya’. Sedangkan pada selain bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur’an selama 6 hari.
- Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri jika datang bulan Ramadhan beliau meninggalkan manusia dan mengkonsentrasikan diri untuk membaca Al Qur’an.
- Said bin Zubair mangkhatamkan Al-Qur’an pada setiap 2 malam.
- Zabid Al-Yami jika datang bulan Ramadhan beliau menghadirkan mushaf dan murid-muridnya berkumpul di sekitarnya.
- Al-Walid bin Abdil Malik mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 3 malam sekali, dan mengkhatamkannya sebanyak 17 kali selama bulan Ramadhan.
- Abu ‘Awanah berkata : Aku menyaksikan Qatadah mempelajari Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
- Qatadah mengkhatamkan Al-Qur’an pada hari-hari biasa selama 7 hari, jika datang bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya selama 3 hari, dan pada 10 terakhir Ramadhan beliau mengkhatamkannya pada setiap malam.
- Rabi’ bin Sulaiman berkata: Dahulu Al-Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali, dan pada setiap bulannya (selain Ramadhan) sebanyak 30 kali.
- Waki’ bin Al-Jarrah membaca Al-Quran pada malam bulan Ramadhan serta mengkhatamkannya ketika itu juga dan ditambah sepertiga dari Al Qur’an, shalat 12 rakaat pada waktu dhuha, dan shalat sunnah sejak ba’da zhuhur hingga ashar.
- Al-Qasim bin ‘Ali berkata menceritakan ayahnya Ibnu ‘Asakir (pengarang kitab Tarikh Dimasyqi): Beliau adalah seorang yang sangat rajin melakukan shalat berjama’ah dan rajin membaca Al-Qur’an, beliau mengkhatamkannya setiap Jum’at, dan mengkhatamkannya setiap hari pada bulan Ramadhan serta beri’tikaf di menara timur.
- Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari (penulis kitab hadits shahih Bukhari) mengkhatamkan Al Qur’an pada siang bulan Ramadhan setiap harinya dan setelah melakukan shalat tarawih beliau mengkhatamkannya setiap 3 malam sekali.
Faidah :
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata: Bahwasanya larangan mengkhatamkan Al-Quran kurang dari tiga hari itu adalah apabila dilakukan secara terus menerus. Adapun pada waktu-waktu yang terdapat keutamaan padanya seperti bulan Ramadhan terutama pada malam-malam yang dicari/diburu padanya lailatul qadr atau pada tempat-tempat yang memiliki keutamaan seperti Makkah bagi siapa saja yang memasukinya selain penduduk negeri itu, maka disukainya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, dalam rangka memanfaatkan (keutamaan) waktu dan tempat tersebut. Ini adalah pendapat (Imam) Ahmad, Ishaq, dan selainnya dari kalangan ulama’ . (Latha’iful Ma’arif).
Dari Usman bin Affan radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
==============
==============
Catatan:
Yang sangat penting dari membaca Al Qurán adalah memberi pengajaran bagi hati. Olehnya itu hendaknya membacanya dengan mengetahui arti bacaan. Dan jika belum mampu untuk mengetahui artinya secara langsung maka minimal membaca Al Qurán beserta terjemahnya. Baarakallahu fiikum.
Langganan:
Postingan (Atom)