Kamis, 09 Juni 2016

Subhanallah, Di Kira Hanya Akan Melahirkan 1 Bayi, Tetapi Pada Saat Melahirkan Malah Ada 5 Bayi Kembar

Reportaseterkini.net - Manita Singh (25) dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah daerah di Ambikapur, India timur, kemarin pagi setelah mengeluh nyeri pada minggu ke-26 kehamilannya. Dokter yang membantu persalinannya terkejut.


Bayi-bayi Manita yang lahir dengan sehat itu kini berada di bawah pengawasan dokter di Unit Perawatan Intensif. Sementara itu, Mahesh Sing, suami Manita, merasa sangat senang dengan kelahiran putri-putrinya.

"Saya sangat berterima kasih kepada Tuhan karena memberkati kami dengan bukan hanya satu tapi lima anak," ujar Mahesh seperti dilansir dari Mirror, Selasa (05/04/2016).

"Kami bersedih karena kehilangan anak pertama kami, anak laki-laki, segera setelah dilahirkan dua tahun lalu. Mungkin ini cara Tuhan menggantinya," lanjut dia.

Dr Tekam yang memimpin tim dokter dalam proses kelahiran mengatakan kalau itu merupakan kasus pertama dalam karirnya membantu persalinan lima bayi melalui persalinan normal. [reportaseterkini.net]

Astaghfirullah, Ahok Sebut Seragam Jilbab Di Sekolah Lebih Mirip Serbet Dapur

Reportaseterkini.net - Baru-baru ini dalam satu kesempatan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengeluarkan pernyataan kontroversi. Dalam pernyataannya Ahok menyamakan jilbab seperti serbet.



Seperti dikutip Kompas Ahok mengeluarkan larangan kepada sekolah-sekolah negeri di Jakarta yang mewajibkan siswi-siswinya memakai jilbab.

Menurut Ahok, ia melarang sekolah mewajibkan siswinya menggunakan jilbab karena sering kali siswi yang bersangkutan tidak menggunakannya secara serius.

Ia pun mencontohkan pengalamannya saat masih menjadi Bupati Belitung Timur.

"(Jilbab) yang dipakainya yang kayak serbet. Malah mungkin lebih bagus serbet di dapur saya. Begitu keluar dari sekolah naik motor bapaknya, langsung dibuka," kata Ahok.

Pernyataan Ahok ini direspon Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Menurut Riza, pernyataan Ahok yang menyamakan jilbab seperti serbet ini tidak etis.

"Tidak etislah Ahok membanding-bandingkan jilbab dengan serbet,” kata Riza di Jakarta, Kamis (9/6/2016) seperti dikutip Okezone.

Seharusnya, lanjut Ariza, Ahok melihat substansi jilbab daripada kualitas materi atau bahan dari jilbab itu sendiri. "Jangan menilai pada kualitas materinya, yang harus dinilai substansi atau kualitas substansi, yaitu menutup aurat," jelasnya.

Ketua DPP Partai Gerindra ini menambahkan, substansi jilbab termasuk yang dipakai siswi-siswi di Jakarta merupakan kesopanan dan menutup aurat. "Meski pakai sutra kalau terbuka dan terlihat tidak sopan, lebih baik karung gandum sekalipun asalkan menutup aurat. Itu lebih terhormat," katanya.

Riza menuturkan, seharusnya sebagai pemimpin daerah Ahok menganjurkan masyarakat untuk berpakaian yang sopan. "Sekalipun Ahok non-muslim,” tandas dia.

Dengan begitu, sambungnya, dapat mendorong anak-anak berpakaian sopan dan mengurangi tindak kekerasan seksual yang akhir-akhir ini begitu marak.*

Sumber : voa-islam.com

Adab Murid Tahun 1880 yang membungkuk saat melewati Guru VS adab murid sekarang?

Reportaseterkini.net -  Sebelum kamu melihat foto ini, sebaiknya kamu renungkan terlebih dahulu. Betapa krisisnya moral bangsa ini, ada apa dengan bangsa ini?

Sumber : IG Indozone
Adab Murid Tahun 1880 yang Membungkuk Saat Melewati Guru, Adab Murid Sekarang?

Gambar yang ada di arsip nasional Belanda berikut ini di ambil pada sekitar tahun 1880-1910 di Jawa. Berbeda dengan sekarang yang krisis moral dan seolah tidak lagi menghormati guru, hingga tidak lagi memiliki wibawa. Padahal para guru adalah pengajar ilmu, kepada mereka kita menuntut ilmu.

Bukannya kita kembali ke jaman feodal, melainkan apa jadinya jika yang muda sudah tidak ada rasa hormat kepada yang tua, terutama guru pengajar, tempat menimba ilmu? Apakah budaya urakan dan kurang ajar yang patut kita lestarikan meski bertentangan dengan adab ketimuran, ataukah kita memakai identitas sendiri sebagai masyarakat nusantara yang menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai moral.

Lihatlah perbandingan bagaikan langit dan bumi.. Apakah ini yang disebut guru dan murid? Miris!

Mari berbenah, dan jadikan gambar ini sebagai pelajaran. Apabila yang muda sudah tidak hormat lagi kepada yang tua dan yang tua sudah tidak menyayangi yang muda, bagaimana masa depan bangsa Indonesia. [reportaseterkini.net]

Shalat Tarawih 11 Atau 23 Rakaat ? Berikut Jawabannya !

Reportaseterkini.net - Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Hampir semua ulama mengatakan, tidak ada batas maksimal untuk jumlah rakaat shalat tarawih.

buku kultum ramadhan 2016
Diantara dalil yang menunjukkan tidak ada batas untuk jumlah rakaat shalat tarawih adalah hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,


Ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai tata cara shalat lail. Kemudian beliau menjelaskan,

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

“Shalat malam itu dua raka’at-dua raka’at. Jika kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at, untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya.” (HR. Bukhari 990 dan Muslim 749)

Hadis ini bersifat umum, mencakup shalat malam yang dikerjakan di luar ramadhan maupun ketika ramadhan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat malam untuk dikerjakan 2 rakaat-2 rakaat. Dan beliau tidak menyebutkan batasan jumlah rakaatnya. Beliau hanya memberi batasan,

“Jika kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at, untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya.”

Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya.

Ibnu ‘Abdil Barr – ulama Malikiyah – mengatakan,

أن صلاة الليل ليس فيها حد محدود وأنها نافلة وفعل خير وعمل بر فمن شاء استقل ومن شاء استكثر

“Bahwa shalat malam tidak memiliki batasan jumlah raka’at tertentu. Shalat malam adalah shalat sunah, amal soleh dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan dengan jumlah raka’at sedikit, dan siapa yang mau, bisa mengerjakan dengan banyak rakaat.”(at-Tamhid  Syarh al-Muwatha’, 21/70)

Tidak Lebih dari 13 Rakaat

A’isyah pernah ditanya oleh murid-muridnya tentang bagaimana cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam. Jawab A’isyah radhiyallahu ‘anha,

مَا كَانَ يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

Beliau tidak pernah nambahi lebih dari 11 rakaat, baik di dalam ramadhan maupun di luar ramadhan. (HR. Bukhari 3569)

Dalam riwayat lain, A’isyah mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam sebanyak 13 rakaat. (HR. Abu Daud 1340)

Para ulama memahami, hadis ini bukanlah pembatasan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melarang lebih dari 13. Yang diceritakan Aisyah adalah kebiasaan jumlah rakaat shalat lail yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

أن نفس قيام رمضان لم يوقت النبي صلى الله عليه وسلم فيه عددا معينا ؛ بل كان هو – صلى الله عليه وسلم – لا يزيد في رمضان ولا غيره على ثلاث عشرة ركعة لكن كان يطيل الركعات

“Bahwa shalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu. Namun yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bulan lainnya lebih dari 13 raka’at, akan tetapi beliau memperpanjang rakaatnya.… Barangsiapa yang mengira bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki bilangan raka’at tertentu yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh ditambahi atau dikurangi dari jumlah raka’at yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.”(Majmu’ al-Fatawa, 22/272).

Kemudian beliau menyebutkan, bahwa dulu ada yang shalat tarawih 40 rakaat dan witir dengan 3 rakaat. Ada juga yang tarawih 36 rakaat dan witir dengan 3 rakaat. Semuanya dibolehkan.

Yang Lebih Afdhal, 11 atau 23?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

“Tatkala ‘Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Ka’ab sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 raka’at kemudian melaksanakan witir sebanyak tiga raka’at. Namun ketika itu bacaan setiap raka’at lebih ringan dengan diganti raka’at yang ditambahkan. Karena melakukan semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu raka’at dengan bacaan yang begitu panjang.” (Majmu’ al-Fatawa, 22/272)

Praktek di atas menunjukkan bahwa jumlah bukan acuan utama penilaian. Karena ini kembali kepada mana yang lebih berkualitas. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2)

Salah satu diantara faktor yang menentukan kualitas adalah kekhusyu-an. dan salah satu faktornya adalah kondisi makmum. Karena itu, Syaikhul Islam menyimpulkan, yang paling afdhal adalah menyesuaikan kondisi makmum. Beliau mengatakan,

والأفضل يختلف باختلاف أحوال المصلين فإن كان فيهم احتمال لطول القيام فالقيام بعشر ركعات وثلاث بعدها . كما كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي لنفسه في رمضان وغيره هو الأفضل وإن كانوا لا يحتملونه فالقيام بعشرين هو الأفضل

Yang paling afdhal, berbeda-beda sesuai kondisi orang yang shalat. Jika mereka bisa diajak berdiri lama, maka tarawih dengan 10 rakaat dan 3 rakaat setelahnya lebih bagus. Seperti yang dilakukan sendiri oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di bulan ramadhan dan di luar ramadhan. Namun jika mereka tidak kuat berdiri lama, tarawih 20 rakaat lebih afdhal. (Majmu’ al-Fatawa, 22/272)

Sayangnya, banyak praktek yang kurang maksimal di tempat kita. Sebagian masjid yang tarawih 23 rakaat, sangat tidak thumakninah. Bahkan ada yang selesainya kurang dari setengah jam. Sementara mereka yang shalat 11 rakaat, selesai selama setengah jam. Masalah jumlah, jangan sampai mengorbankan kualitas. Karena thumakninah bagian dari rukun shalat.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Sumber : konsultasisyariah.com

Wajib Tahu!! Ini Hukum Berpuasa Bagi Wanita Haid Dan Nifas Di Bulan Ramadhan

Reportaseterkini.net - Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.


Bagi wanita haid dan nifas haram berpuasa. Keduanya wajib berbuka saat datang haid dan nifas. Selain tidak boleh berpuasa, juga tidak boleh mengerjakan shalat di saat sedang mengalami haid dan nifas. Bahkan ulama bersepakat, jika tetap mengerjakan keduanya maka tidak sah. Hanya saja dibedakan kewajiban  atas meninggalkan kedua ibadah tersebut. Wanita haid dan nifas wajib mengqadha' (mengganti) puasa yang ditinggalkannya dan tidak wajib mengqadha' shalatnya.

Diriwayatkan dari 'Aisah Radhiyallahu 'Anha, beliau pernah ditanya: "Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?" Lalu beliau menjawab, "Kami mengalami hal itu (haid) pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu kami diperintahkan mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat." (HR. Muslim dan lainnya)

Diriwayatkan pula dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ فَذَلِكَ نُقْصَانُ دِيْنِهَا

"Bukankah jika haid mereka tidak shalat dan tidak berpuasa? Itulah kekurangan agama mereka." (HR. Bukhari dan lainnya)

Para ulama telah sepakat atas jawaban 'Aisyah, wajibnya mengqadha' puasa dan tidak wajib mengqadha' shalat atas wanita haid dan nifas. Ini sebagai bentuk kasih sayang dan kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk keduanya. Karena kewajiban shalat terulang lima kali dalam sehari sehingga mengqadha'nya menjadi sesuatu yang berat. Sementara puasa diwajibkan sekali dalam setahun, yakni puasa Ramadhan. Qadha' atasnya bukan sesuatu yang terlalu memberatkan.

Mengqadha' Puasa Tidak Wajib Segera
Mengqadha' puasa karena alasan syar'i tidak wajib segera dilakukan. Kewajibannya boleh dilakukan kapan saja ada kesempatan. Hal ini berdasarkan hadits 'Aisah Radhiyallahu 'Anha, "Aku memiliki hutang puasa Ramadhan, tetapi aku tidak sanggup menggantinya kecuali pada bulan Sya'ban." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Al-Hafidz Ibnul Hajar berkata, "Hadits ini menunjukkan dibolehkannya menunda qadha puasa Ramadhan, baik karena adanya udzur atau tidak." (Fathul Baari: IV/191)

Hanya saja dianjurkan untuk segera menyegerakannya. Ini didasarkan kepada firman Allah Ta'ala,
أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. Al-Mukminun: 61)

Kemudian, siapa di antara keduanya yang menunda qadha' sampai datang Ramadhan berikutnya tanpa udzur Syar'i, maka wajib bertaubat kepada Allah atas keteledorannya tadi. Ia tetap wajib mengqadha' puasanya tersebut sesudah bulan Syawal. Sekelompok ulama menambahkan agar disamping qadha ia juga memberi makan seorang miskin dari setiap hari yang puasanya sebagai ta'zir atas keteledorannya. Sebagian yang lainnya tidak mengharuskannya dan mencukupkannya dengan shaum saja. Pendapat kedua ini adalah madhab Abu Hanifah dan Ibnu Hazm. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah: III/173)

. . . siapa di antara keduanya yang menunda qadha' sampai datang Ramadhan berikutnya tanpa udzur Syar'i, maka wajib bertaubat kepada Allah atas keteledorannya . . .

Ini juga berlaku bagi musafir dan orang sakit yang tidak berpuasa, apabila keduanya mengakhirkan qadha sampai tiba Ramadhan berikutnya tanpa udzur Syar'i. Jika mengakhirkannya karena uzur syar'i maka cukup menunaikan qadha puasa saja setelah datang dari safarnya dan sembuh dari sakitnya. Wallahu Ta'ala A'lam.

Sumber : voa-islam.com

Masha Allah, Kata Rasulullah Inilah Keutamaan Dan Pahala yang Di Dapat Bagi Istri Sholehah

Reportaseterkini.net - Suatu ketika Rasulullah saw. melihat Fatimah r.a, puteri tercintanya itu sedang menggiling gandum sambil menangis. Rasulullah pun menghampirinya, seraya bertanya mengapa dia menggiling gandum sambil menangis. Dengan terbata-bata, Fatimah menuturkan kepada ayahandanya, bahwa pekerjaan menggiling gandum dan semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya setiap hari membuat dirinya bosan. Makanyanya ia menangis.



Nabi saw. pun menoleh ke arah Fatimah, puteri tercintanya itu seraya bersabda, “Jika Allah menghendaki, penggilingan itu akan berputar sendiri untuk puteri-Ku. Tapi itu terjadi karena Allah menghendaki beberapa kebaikan yang ditulis dan beberapa kesalahan yang dihapuskan dari Fatimah dan dinaikkan-Nya untuk puteri Nabi itu beberapa derajat lebih tinggi." Nabi saw. pun tak lupa menyelipkan nasehat kepada putrinya, Fatimah, dengan menjelaskan beberapa kebaikan (pahala) yang bakal diperoleh setiap wanita (isteri), jika dia ikhlas dengan penuh kesabaran menjalankan tugas dan tanggung jawab kehidupan rumah tangganya.

Nabi mengingatkan, “Jika seorang wanita melayani suaminya sehari semalam dengan baik, tulus, ikhlas serta dengan hati yang benar, Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji dan umroh.” (Hr. Abu Daud)

Rasulullah saw. bersabda kembali, “Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian isteri menyambutnya dengan senyuman, dan bersegera mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum kedua tangan mereka dilepaskan.” (Hr. Abu Daud)

Allahu Akbar..
Subhanallah, walhamdulillah, betapa mudah jalan menuju surga bagi seorang isteri. Betapa mudah bagi seorang isteri mendapatkan ridha suaminya. Dengannya ridha Allah pun ia dapat. [reportaseterkini.net]

Tips berprasangka baik dari Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, begini tipsnya

Reportaseterkini.net - Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik dari dirimu. Ucapkanlah dalam hatimu: “Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku”



Jika bertemu dengan anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu): “Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku”

Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (Dalam hatimu): “Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku”

Jika bertemu dengan orang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu): “Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui, dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku”

Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu): “Orang ini bermaksiat kepada Allah karena dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku”

Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu): “Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak. Bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal sholeh, dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk”. [reportaseterkini.net]

Amalkan Doa ini, Doa Agar Cepat Memiliki Rumah, Insha Allah Tidak Sampai Setahun Kita Sudah Di Beri Rezeki Rumah

Reportaseterkini.net - Di riwayatkan dari alhabib Tohir Alkaff, beliau mendapatkan dari Alhabib Thohir bin Muhammad bin Sholeh Alhamid (Tanggul), beliau berkata ini do’a dari Alhabib Sholeh Tanggul.


inilah DOA AGAR CEPAT MEMILIKI RUMAH :

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺭﺏ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺑﺠﺎﻩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﻥ ﺗﻴﺴﺮ ﻟﻲ ﺧﻴﺮ ﺑﻴﺖ

ﺣﺘﻰ ﻻ ﻧﻘﻮﻝ ﻳﺎ ﻟﻴﺖ

Allahhumma robbal bait

As aluka bijahi ahlil bait

An tuyassiro li khoiro bait

Hatta la naqul ya lait.

== artinya

Ya allah engkau pemilik baitullah

Aku memohon dengan wasilah ahlil bait rosulallah

Agar engkau mudahkan untukku sebaik2nya rumah.

Sehigga aku tidak mengucap seandainya aku punya rumah,

InsyaAllah tidak sampai setahun kita sudah diberi rezeki rumah.

Jangan Lupa biasakan memberi sedekah untuk anak yatim minimal memberinya sekedar jajan dan usap kepalanya dengan penuh kasih sayang .

TIPS MENDATANGKAN RIZQI
Para ulama ‘arif billah telah menyebutkan tips-tipsamalan yang dapat mendatangkan, menarik atau menghadirkan rizqi, yaitu:

Halaman Berikutnya: 1 2 3

Bagaimana Hukumnya Berhubungan Suami Istri Di Malam Ramadhan? Berikut Penjelasannya

Reportaseterkini.net - Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.


Ada beberapa orang yang sangat semangat mengisi Ramadhan. Sampai-sampai ia melarang untuk melakukan hubungan suami istri pada malam harinya. Ia pun memberi fatwa dan anjuran untuk tidak melakukan jima' dengan istri agar bisa lebih maksimal dalam menjalankan kebaikan di bulan yang mulia. Bagaimana sebenarnya kedudukan jima' (hubungan suami istri) di malam Ramadhan? Bagaimana pula hukum orang yang melarangnya karena untuk memaksimalkan ibadah di malam-malam tersebut?

Sesungguhnya melakukan jima' (hubungan suami istri) di malam-malam Ramadhan adalah mubah sebagaimana makan dan minum. Hal itu didasarkan pada keterangan yang sangat jelas dari Al-Qur'an dan kesepakan kaum muslimin. Allah 'Azza wa Jalla  telah berfirman:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu . . ." (QS. Al-Baqarah: 187) apakah masih berlaku pendapat yang melarang jima' di malam Ramadhan sesudah jelas izin Allah bagi para hamba-Nya?

Al-Jashshah berkata, "Maka Allah membolehkan jima', makan, dan minum pada malam-malam puasa dari sejak awal malam sampai terbit fajar."

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Ini adalah rukhshah dari Allah Ta'ala bagi kaum muslimin. Dan Allah mengangkat hukum yang berlaku di awal Islam., yang apabila salah seorang mereka sudah berbuka maka halal baginya makan, minum, dan jima' sampai shalat isya' atau tidur sebelum itu. Maka kapan ia telah tertidur atau shalat Isya', diharamkan atasnya makan minum, dan jima' sampai malam berikutnya. Merekapun mendapi hal itu sangat berat. Dan rafats di sini adalah: al-Jima', (seperti) yang dikatakan Ibnu 'Abbas, 'Atha', Mujahid, Sa'id bin Jubair, Thawus, Salim bin Abdillah, Amru bin Dinar, al-Hasan, Qatadah, al-Zuhri, al-Dhahak, Ibrahim al-Nakha'I, al-Sudi, Atha' al-Khurasani, dan Muqatil bin Hayyan. . ." (Selesai dari perkataan beliau)

Maka jika orang tersebut meyakini haramnya jima' pada malam-malam puasa dan menfatwakan hal itu, maka ia dalam bahaya besar karena menyelisihi Sharihul Qur'an (ketarangan Al-Qur'an yang sangat jelas). Ia harus bertaubat kepada Allah Ta'ala dengan taubatan nasuha karena telah melarang sesuatu yang dihalalkan. Jika larangan jima' yang dia keluarkan dalam rangka mencari yang lebih baik dan lebih utama; -- lebih baik orang-orang menyibukkan diri dengan ibadah dan macam-macam amal ketaatan pada bulan ini dan tidak larut dalam syahwat-syahwat ini --, maka urusannya lebih ringan. Tetapi, tidak lantas dia benar seratus persen, dia tetap salah. Karena berjima' pada malam-malam puasa adalah dibolehkan. Tidaklah orang tersebut lebih wara' (menjaga diri dari yang haram) dari pada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. tidak pernah didapatkan satu keterangan dari mereka yang melarang hal itu, kecuali siapa yang beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Maka ia tidak boleh mendekati istrinya sebagaimana yang sudah maklum. Dan dalam hadits diterangkan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ

Halaman Berikutnya: 1 2 3

Daftar 10 Orang Terkaya Di Indonesia, Nomor 1 akan Membuat Anda Terkejut !

Reportaseterkini.net - DAFTAR 10 ORANG TERKAYA DI INDONESIA



Ke-10. Tahir
Pemilik - Mayapada Group, jumlah kekayaan US $ 1.9 M
9. TD Rachmat
Pemilik - Tripura Group, jumlah kekayaan US $ 1.9 M

8. Bachtiar Karim
Pemilik - Musim Mas, jumlah kekayaan US $ 2.0 M

7. Sukanto Tanoto
Pemilik - RGE group , jumlah kekayaan US $ 2.1 M

6. Mochtar Ready & family
Pemilik - Lippo Group , jumlah kekayaan US $ 2.5 M

5. Peter Sondakh
Pemilik - Rajawali Group, jumlah kekayaan US $ 2.8 M

4. Sri Prakash Lohia
Boss - Indorama Ventures , jumlah kekayaan US $ 3.5 M

3. Chairul Tanjung
Pemilik - Trans Corp , jumlah kekayaan US $ 4.0 M

Halaman Berikutnya: 1 2 3

Rabu, 08 Juni 2016

Astaghfirullah, Inilah 6 Kesalahan yang Sering Di Lakukan Saat Berbuka Puasa

Reportaseterkini.net - Bulan Ramadhan adalah bulan untuk menggiatkan kaum muslimin dengan ibadah. Di dalam bulan itu digelar berbagai macam ibadah, mupai dari puasa sebagai aktifitas utamanya, qiyamul lail, tilawah al-Qur’an, Shadaqah, dzikir, berdo’a, istighfar, memohon dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.



Untuk mendapatkan kemenangan besar di bulan Ramadhan, maka hendaklah setiap muslim membekali diri dengan pengetahuan tentang amal di bulan ini. Tapi, realita selalu saja berbeda dengan yang seharusnya. Banyak orang yang menjalani puasa tanpa pengetahuan yang memadai. Akibatnya mereka melakukan berbagai kekeliruan. Dalam kesempatan ini, marilah kita lihat berbagai kekeliruan yang terjadi agar bisa kita jauhi kekeliruan tersebut.

1. Tidak menyegerakan berbuka puasa, padahal waktunya telah tiba.

2. Menanti waktuberbuka puasa dengan kegiatan yang sia-sia, bahkan melanggar syariat.

Ngabuburit. Inilah istilah yang sekarang umum digunakan untuk menggambarkan kegiatan di saat menanti waktu berbuka puasa. Mulai dari sekedar nongkrong, berkumpul bersama teman-teman, jalan-jalan, berburu makanan untuk berbuka, dll. Ngabuburit bahkan sudah dikemas menjadi acara-acara khusus yang diisi berbagai macam kegiatan. Jika isi kegiatan adalah hal positif yang tidak melanggar syariat, tentunya tak mengapa. Tapi, kebanyakan ngabuburit yang dilakukan orang-orang sekarang banyak mengandung hal yang sia-sia atau bahkan melanggar syariat.

Misalnya: ikhtilat (bahkan dijadikan ajang pacaran), hiburan dengan musik, nongkrong dan “cuci mata”, ngobrol dan bercanda berlebihan, dll.

Sobat, bukankah sebelum berbuka itu berarti kita masih dalam keadaan berpuasa? Ingatlah bahwa puasa tidak akan sempurna, bahkan akan menjadi sia-sia jika kita tidak menjaga diri dari kemaksiatan dan hal yang sia-sia. Misalnya: menundukkan pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar, menjaga lisan, menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang tercela, menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa, dll.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang terlarang, maka Allah tidak butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

“Puasa bukanlah dari makan, minum semata, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim)

3. Makan dan Minum dengan Berlebihan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berbuka puasa dengan makanan yang sederhana. Seadanya saja. Tidak berlebihan-lebihan, atau bahkan sampai memaksakan diri.

Memang, adakala tidak mengapa menghadirkan hidangan istimewa di kala berbuka. Apalagi bila hal itu dilakukan untuk membahagiakan keluarga atau agar anak-anak lebih bersemangat untuk berpuasa. Akan tetapi, hendaknya hal itu tidak dijadikan kebiasaan. Ingatlah! Bahwa salah satu hikmah berpuasa adalah agar kita turut merasakan kesusahan yang dialami fakir miskin. Maka, kita juga perlu mendidik anak-anak kita untuk memupuk jiwa sosial mereka. Tidak hanya saat kita berpuasa, tetapi juga saat berbuka puasa.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak Menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)
Saat berbuka juga bukan berarti waktunya ‘balas dendam’. Semua dimakan sampai kekenyangan. Ingatlah, perut yang kenyang akan membuat malas ibadah.

4. Melalaikan adab makan.
Sobat, bersegera untuk berbuka puasa bukan berarti boleh lalai berdoa sebelum makan. Bukan berarti boleh makan dan minum dengan tergesa-gesa. Saat kita berbuka puasa, berusahalah untuk tetap menjaga adab dan sunnah dalam makan dan minum. Seperti berdoa, duduk ketika makan-minum, tidak meniup makanan, dll.

5. Melalaikan shalat maghrib.

6. Mengisi acara berbuka dengan maksiat.
Makan bersama (makan berjama’ah) memang merupakan bagian dari sunnah Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), (karena) di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” (HR. Abu Dawud. Hasan)

Akan tetapi, kita harus tetap berusaha membingkai acara buka bersama tersebut dalam bingkai syariat. Sebagaimana ngabuburit, acara buka bersama yang banyak dilakukan sekarang ini banyak berisi kemaksiatan dan penyimpangan. Misalnya ikhtilat, pacaran, musik, makanan yang berlebihan, sampai dengan melalaikan waktu shalat Maghrib.

sumber: muslimah.or.id

Hukum Pacaran Dalam Pandangan Islam

Reportaseterkini.net - Hukum tentang larangan pacaran sudah sangat jelas ALLAH terangkan dalam Al-Qur'an serta dijelaskan pula oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai hadistnya. berikut dibawah ini dalil, ayat dan hadits tentang hukum berpacaran sesuai syariat islam.


Pacaran Adalah Perbuatan Mendekati Zina “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista/keji dan sejelek-jelek jalan.” Al-Isra`: 32

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: "Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan/berbicara (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”An-Nur ayat 30 “Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu‘Abbas.R.A) “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)

Dari beberapa hadist Rasulullah diatas, sudah jelaslah dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pacaran/hubungan antara laki laki dan perempuan yang bukan mahramnya merupakan perbuatan mendekati perzinahan. karena ALLAH SWT dan Rasulnya dengan jelas melarang kita berdua duaan dengan wanita yang bukan muhrimnya. mendekati zina/pacaran saja ALLAH sebut dengan perbuatan keji dan nista, bagaimana jika kita menyentuh dan akhirnya terjerumus dalam zina. semoga kita diberi hidayah oleh ALLAH SWT. [reportaseterkini.net]

Cari Rezeki, Kemudian Beribadah dan Bersyukur, Muslim Sejati Baca ini Sebentar yaa

Reportaseterkini.net - Agama Islam yg berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dlm segi ibadah saja melainkan juga memberikan tuntutan dlm masalah yg berkenaan dgn kerja.


Etos kerja seorang Muslim dlm arti luas menyangkut akan akhlak dlm pekerjaan.
Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dlm bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dlm kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja.

Dlm Islam, iman banyak dikaitkan dgn amal, artinya seorang muslim harus berorientasi pd:
- "Sumber yg Halal lagi baik, Cara yg Benar serta Hasil yg Maksimal" -

Jika kita pandang dari sudut bahwa tujuan hidup itu mencari Ridha Allah SWT maka apapun yg dikerjakannya, apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang penelitian ataupun dlm kegiatan kemasyarakatan, maka apa yg dilakukannya di dunia tak dijalankan dgn sembarangan.
Ia akan mencari kesempurnaan dlm mendekati kpd Al Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan inderawi yg berada pd dirinya dlm rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupannya.

Dgn bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kpd Allah, dan menempuh jalan menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kpd sesama, bahkan kpd makhluk lain.

Dgn tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dgn aktivitas yg berguna.
Semboyangnya adalah “tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.

Ini bisa berarti bahwa dlm bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi dirinya bekerja tak lain adalah ibadah. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja – dlm bahasa populernya – secara "profesional."

“Tidaklah seseorang memperoleh suatu penghasilan yg lebih baik dari jerih payah tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh.” (HR. Ibnu Majah) [reportaseterkini.net]

5 Perkara yang Dapat Meningkatkan Iman Seseorang

Reportaseterkini.net - 5 Perkara yang Dapat Meningkatkan Iman Seseorang. Sungguh banyak cara yang bisa dilakukan seorang muslim untuk meningkatkan keimanannya. Diantara cara tersebut adalah berikut ini:

1. Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al Quranul Karim. Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah

2. Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah Ta’ala.

3. Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya yang mulia.

4. Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam. Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling terpuji akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati seorang hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad SAW

5. Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih. Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (QS. At Taubah [9]: 100) [reportaseterkini.net]

Masha Allah, Inilah Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Reportaseterkini.net - Malam Lailatul Qadar adalah malam mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (30.000x malam biasa):“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 – 5]


Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).

Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur’an, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.

Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?

Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan: Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari dan HR Muslim]

Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam terakhir, ”Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.

Kenapa mencari malam Lailatul Qadar pada 10 atau 7 hari terakhir (ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang terakhir saja? Saat ini banyak kelompok masih berbeda penetapan 1 Ramadhan. Ada yang misalnya tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang tanggal 2. Jadi tidak jelas mana yang ganjil dan yang genap. Lebih aman kita tetap giat di 10 malam terakhir entah itu ganjil/genap.

Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ra bahwa Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar, “Malam dua puluh tujuh.” [Abu Daud]
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa.” [HR Bukhari]

Apa Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar?

Dari Ubay ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah (setengah bejana).” (HR Muslim 1170)

Dan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW, “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)

Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?

Nabi Muhammad ber-i’tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam terakhir. Aisyah r.a. berkata, “Nabi apabila telah masuk sepuluh malam (yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan malam, dan membangunkan istri beliau.” [HR Bukhari]

Di masjid beliau shalat wajib dan sunnah, membaca Al Qur’an, berzikir, berdo’a, dan sebagainya. Nabi biasa melakukan shalat
sunnat malam (Tarawih) pada bulan Ramadhan:
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan (shalat malam) Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lampau.” [Hr Bukhari]

Doa Malam Lailatul Qadar:

Dari ‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: “bacalah: (artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.

Ciri-ciri dari orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar adalah dia ibadahnya lebih rajin daripada sebelumnya. Dia jadi lebih rajin shalat, puasa, sedekah, dsb.

Tidak berani mengerjakan hal-hal yang maksiat. Tidak mungkin dia mabuk-mabukan, berjudi, atau pun berpacaran/mendekati zina.

Sumber : rumahzakat.org

Resep Bubur Kacang Hijau Enak Dan Bergizi Untuk Berbuka Puasa

Reportaseterkini.net - Teramat banyak manfaat kacang hijau bagi kesehatan manusia, antara lain untuk memperkuat tulang, menjaga kesehatan jantung, merangsang pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang mati, sangat berguna untuk menunjang vitalitas, mencegah dampak buruk osteoporosis, mengobati diabetes, hingga melangsingkan tubuh.


Kacang hijau juga sangat berfaedah untuk kesehatan mata, kandungan vitamin A dalam kacang hijau sangat baik untuk menjaga kesehatan mata, menurunkan kadar kolesterol, menyembuhkan luka, mencegah kanker usus dan kanker payudara, membersihkan pencernaan dari zat-zat  beracun, melancarkan aliran darah, dan sebagai antioksidan.

Selain itu, kacang hijau juga dapat membantu mencegah penuaan dini, membantu meningkatkan kinerja sistem syaraf, berguna untuk kesehatan tulang dan gigi, merangsang nafsu makan, sebagai sumber energy, mencegah penyakit beri-beri, juga sangat berguna untuk meningkatkan kecerdasan bayi.

Olahan
Kacang hijau bisa diolah menjadi bermacam-macam jenis makanan maupun minuman. Salah satu yang paling populer juga tidak sulit mengolahnya adalah Bubur Kacang Hijau. Ini dia resep dan cara membuatnya :

Bahan: 
  • 300gram kacang hijau 
  • 500ml santan kelapa kental 
  • 500 gram gula merah 
  • 2 lembar daun pandan segar 
  • 1 sdt garam 
  • 3 liter air bersih 
Cara membuat :
  • Cuci kacang hijau hingga bersih, lalu buang sampahnya termasuk kacang yang mengapung 
  • Rebus kacang hijau bersama 2,5 liter air bersih hingga merekah, empuk, dan matang. 
  • Rebus gula merah dengan 500ml air hingga gula larut, saring, lalu tuangkan ke rebusan kacang hijau tadi .
  • Masukkan daun pandan dan garam. Biarkan hingga mendidih .
  • Tuangkan santan kelapa kental, didihkan sekali lagi sambil diaduk-aduk supaya santan tidak pecah. 
  • Angkat dan bubur kacang hijau siap dinikmati. [reportaseterkini.net]

Ketika Seorang Wanita Muslimah Berbuat Salah, Jangan Salahkan Hijabnya ! Baca ini Sebentar yaa

Reportaseterkini.net - Hijab adalah suatu kewajiban layaknya sholat 5 waktu, puasa, dan zakat, tidak memandang orang itu baik atau buruk | Namun akhlak merupakan perangai/perilaku seseorang yg bergantung sekali dengan keadaan hati (iman). Sedangkan iman manusia itu naik turun (tdk stabil), bergantung pada ketaatan dan kemaksiatan yg ia lakukan.



Apabila ada orang yg memperdebatkan hijab dengan akhlak, sesungguhnya hijab itu wajib, dan akhlak itu dibentuk seumur hidup | Karna sejatinya, hidup merupakan proses belajar.

Jika ada yg berhijab namun belum berakhlak mulia, bukan hijabnya yg salah, namun akhlaklah yg perlu dibenahi | Bukan benahi hati dulu baru berhijab, namun berhijablah maka secara tidak langsung hatimu pun terbenahi.

Bukankah berhijab merupakan langkah awal dr akhlak mulia? Bukankah dengan berhijab secara otomatis akan ‘menjaga’ kita dr hal-hal yg dibenci-Nya?
Bukankah dgn berhijab itu brrt kita menyelamatkan org lain, diri kita serta keluarga dr siksa api neraka?
Dan bukankah dgn berhijab, Allah lah yg akan menyeleksi orang2 baik utk bersama kita?

Semua inti keistiqomahan dlm melaksanakan ketaatan (ibadah) itu terletak pd niat dan didukung oleh lingkungan | Di saat kau ingin hijrah di jalan-Nya dgn berharap ridha-Nya semata, bersamaan dgn ikhtiar dan doa, in syaa Allah semua proses hijrahmu yg mungkin kadangkala diterpa ujian, akan terjalani dgn baik.

Hijrah memang butuh proses dan Proses butuh waktu. Maka, lakukanlah sekarang sebelum waktu itu habis! “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi” (QS.Al-Fajr:14)
.
. “wanita berhijab itu belum tentu sholehah, tapi wanita sholehah pasti berhijab. Oleh karna itu kita harus menjadi wanita sholehah. Kita sama2 hijab fisik dulu, kemudian kondisikan hati pelan2”. - Oki Setiana Dewi -

Bukankah, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah”-HR.Muslim [reportaseterkini.net]

Masha Allah, inilah Keutamaan Shalat Tarawih yang Perlu Kamu Ketahui

Reportaseterkini.net - Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa hukum shalat tarawih adalah sunnah seperti yang sudah disepakati oleh para ulama. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah shalat Tarawih, dan para ulama telah bersepakat bahwa shalat Tarawih itu hukumnya mustahab (sunnah/dianjurkan).”



Keutamaan Pertama:

Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi siapa saja yang melakukan shalat Tarawih dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dan ridho Allah semata. Bukan karena riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar amal kebaikannya oleh orang lain.

Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (yakni shalat malam pada bulan zromadhon) karena iman dan mengharap pahala dan ridho Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih.”

Ibnul Mundzir rahimahullah menerangkan berdasarkan nash (tekstual) hadits ini bahwa yang dimaksud “pengampunan terhadap dosa-dosa yang telah lalu dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil.

Sedangkan imam An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil saja. Karena dosa-dosa besar tidaklah diampuni dengan sebab melakukan amal-amal Sholih, akan tetapi hanya dengan melakukan taubah Nasuha, yakni taubah yang sempurna.

Keutamaan Kedua:

Barangsiapa melaksanakan shalat Tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat baginya pahala seperti orang yang melakukan qiyamul lail semalam penuh.

Hal ini berdasarkan Hadits Shohih berikut ini:

Dari Abu Dzar rdhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda:

“Sesungguhnya barangsiapa yang shalat (Tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyamul lail satu malam penuh.” (HR. An-Nasai no.1605, At-Tirmidzi no.806, Ibnu Majah no.1327, dan selainnya. Dan hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh At-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani dalam Irwa’ Al-Gholil no. 447).

Demikian keutamaan shalat Tarawih berdasarkan hadits-hadits Shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita semua untuk dapat istiqomah dalam melaksanakan shalat Tarawih dan ibadah lainnya di bulan Romadhon dan di bulan-bulan setelahnya. Amiin.

sumber: islampos.com

Masha Allah, Inilah 10 Tanda Ibadah Bulan Ramadhan Kita Di Terima oleh Allah SWT

Reportaseterkini.net - Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad, kepada keluarganya, para sahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:



Para pembaca yang dirahmati Allah Ta’alaa:
Setelah mengerjakan setiap ketaatan dan ibadah baik itu umrah, haji, puasa, sholat, sedekah, atau amal shalih apapun kita mengulang-ulang bisikan Ali radhiallahu anhu saat berkata: (seandainya aku tahu, apakah amalanku termasuk yang diterima maka  aku mengucapkan selamat untuknya, atau yang ditolak maka aku mengucapkan belasungkawa untuknya).

Setelah mengerjakan setiap ketaatan kita juga mengulang perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu: (wahai yang diterima, selamat untukmu, wahai yang ditolak semoga Allah mengganti musibahmu).
Sungguh Ali radhiallahu anhu telah berkata: (jangan kalian pedulikan amal yang sedikit, tapi pedulikan diterimanya amal tersebut), tidakkah kalian mendengar firman Allah Azza wa Jalla ketika berfirman: (Sesungguhnya Allah mengkabulkannya dari orang-orang yang bertakwa) [QS Al-Maidah:27].

Janganlah seperti sebagian kaum muslimin yang tidak peduli diterimanya ketaatan mereka, karena sesungguhnya diberikan taufik dan kemudahan untuk beramal shalih merupakan karunia besar, akan tetapi itu tidak akan terwujud kecuali dengan karunia lain yang lebih besar, yaitu nikmat diterimanya amalan.

Jika seorang hamba mengetahui bahwa kebanyakan dari amalan bisa ditolak dari pelakunya karena banyak sebab, maka yang terpenting adalah mengetahui sebab-sebab diterimanya amalan, jika dia menemukannya dalam dirinya maka hendaklah dia memuji Allah Ta’alaa, dan beramal dengan teguh dan konsisten diatasnya, namun jika tidak menemukannya maka hendaklah hal pertama yang diperhatikannya dari sekarang adalah: mengamalkannya dengan sungguh-sungguh serta ikhlas karena Allah Ta’ala semata.

Maka apakah sebab-sebab dan tanda-tanda diterimanya amalan?

1- Tidak kembali berbuat dosa setelah melakukan ketaatan:
Karena kembali kepada dosa merupakan tanda kebinasaan dan kerugian,
Yahya bin Muadz berkata: ”barangsiapa yang beristighfar dengan lisannya sedangkan hatinya bertekad untuk bermaksiat, dan azamnya kembali kepada maksiat setelah sebulan dan kembali, maka puasanya tertolak darinya, dan pintu diterimanya amalan tertutup didepannya”.

Kebanyakan manusia bertaubat sedangkan dia selalu mengatakan: sesungguhnya aku tahu bahwa aku akan kembali...jangan katakan seperti itu...tetapi katakan: Insya Allah saya tidak akan kembali. Dan memohon pertolongan kepada Allah dan berazam untuk tidak kembali lagi.

2-Takut jika amalannya tidak diterima:

Allah Subhanahu wa Ta’alaa Maha Kaya dari ketaatan dan ibadah kita, Allah Azza wa Jalla berfirman: (Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia) [QS Luqman:12].
Dan Allah Ta’alaa berfirman:

إن تَكْفُرُوا فَإنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ)[الزمر:7)

Artinya: (Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu, dan Dia tidak meridloi kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridloi kesyukuranmu itu) [QS Az-Zumar:7].

Dan seorang mukmin walaupun bersungguh-sungguh melakukan ketaatan, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan bermacam taqarrub, namun dia merasa sangat kasihan terhadap dirinya, dia takut amalannya tidak diterima, dari Aisyah radhiallahu anha berkata: (Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang ayat ini:

(وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) [المؤمنون:  [ 60

Artinya: (Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dari sedekah dengan hati penuh rasa takut) [QS Al-Mukminun: 60].

"Apakah mereka yang minum khamr atau mencuri?" Beliau berkata: (Bukan yang binti As-Shidiq ! akan tetapi mereka yang berpuasa, sholat, dan bersedekah, sedangkan mereka takut tidak diterima dari mereka, merekalah orang yang bersegera dalam kebaikan).

Meskipun dia bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah-ibadah mulia ini namun dia tidak mengandalkan usahanya maupun menunjukkannya kepada Rabbnya, tapi dia meremehkan amalannya, dan menampakkan kefakirannya yang sempurna kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya, dan hatinya penuh dengan rasa takut jika amalannya ditolak, Waliyadhu billah, dia memohon kepada-Nya supaya amalannya diterima.

3- Diberikan taufik melaksanakan amal shalih sesudahnya:

Sesungguhnya tanda diterimanya ketaatan seorang hamba bahwa dia diberikan taufik untuk ketaatan sesudahnya, dan diantara tanda diterimanya kebaikan: mengerjakan kebaikan sesudahnya, karena kebaikan tersebut berkata: kebaikan lagi...kebaikan lagi. Dan ini termasuk rahmat Allah Ta’alaa dan karunia-Nya, bahwa Dia memuliakan hamba-Nya jika telah berbuat kebaikan, dan mengikhlaskannya kepada Allah maka Allah membukakan untuknya pintu kebaikan lain, supaya lebih dekat kepada-Nya.

Maka amal shalih ibarat pohon yang baik, perlu disiram dan dipelihara, supaya tumbuh dan kuat, dan memberikan buahnya, dan hal terpenting yang kita perlukan adalah selalu menjaga amalan-amalan baik yang telah kita kerjakan, dan memeliharanya, dan menambahnya sedikit demi sedikit, inilah makna istiqamah yang sebenarnya.

4- Menganggap remeh amalannya serta tidak ujub dan tertipu dengannya:

Sesungguhnya hamba yang beriman berapa banyakpun dia beramal shalih, namun seluruh amalnya tidak menjadikannya bersyukur atas kenikmatan itu seperti kenikmatan pada jasadnya pendengaran, penglihatan, atau lisan dan lainnya, dan tidak merasa telah menunaikan hak Allah Ta’alaa, karena hak Allah diluar gambaran kita, oleh karena itu termasuk sifat orang-orang yang ikhlas mereka menganggap kecil amalan mereka, sehingga mereka tidak takjub dengannya, dan tidak terkena penyakit ghurur yang akan menghapus pahalanya dan membuatnya merasa cukup dan malas untuk beramal shalih lagi.
Diantara hal yang dapat membantu kita menganggap kecil amalan kita adalah: mengenal Allah Ta’alaa, melihat nikmat-nikmat-Nya, dan mengingat dosa-dosa dan kelalaiannya.
Marilah kita merenungkan bagaimana Allah Ta’alaa berwasiat kepada Nabi-Nya dengan hal itu setelah memerintahkan kepadanya dengan perkara-perkara besar:

 يا أيها المدثر. قم فأنذر. وربك فكبر. وثيابك فطهر. والرجز فاهجر. ولاتمنن تستكثر).]المدثر: 1-6
Artinya: (Wahai orang yang berselimut. Bangunlah lalu berilah peringatan ! dan agungkanlah Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkan segala perbuatan yang keji. Dan janganlah engkau memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak) [QS Al-Mudatsir: 1-6].
Diantara makna ayat ini adalah seperti yang dikatakan oleh Hasan Al-Basri rahimahullah: jangan engkau ungkit amalanmu didepan Rabbmu untuk memperoleh pahala yang lebih banyak.
Imam Ibnu Qayyim: (Setiap engkau menyaksikan hakikat Rububiyah dan hakikat Ubudiyah, dan mengenal Allah, dan mengenal dirimu sendiri, dan menjadi jelas bagimu bahwa barang dagangan yang engkau bawa tidak layak bagi Raja yang Haq, meskipun engkau datang dengan amalan seluruh jin dan manusia, engkau takut akibatnya, dan Dia hanya menerimanya karena kemuliaan, kedermawaan, dan karunia-Nya, serta memberikan ganjaran atasnya juga karena kemuliaan, kedermawaan, dan karunia-Nya) Madarijul Salikin (2/439).

5- Mencintai ketaatan dan membenci kemaksiatan:

Termasuk tanda diterimanya amalan, Allah memberikan kecintaan dalam hatimu terhadap ketaatan, sehingga engkau mencintainya, tenang dan tenteram kepadanya. Allah Ta’alaa berfirman:
(الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ)(الرعد28 )
Artinya: (orang-orang yang beriman hati mereka tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tentram) [QS Ar-Ra’d: 28].
Dan termsuk tanda diterimanya amalan adalah engkau membenci maksiat dan mendekatinya dan berdoa kepada Allah supaya menjauhkanmu darinya.

6- Berharap dan banyak berdoa:

Sesungguhnya takut kepada Allah saja tidak cukup, karena harus dengan pasangannya yaitu berharap, karena takut tanpa berharap menyebabkan putus asa dari rahmat Allah, sedangkan berharap saja tanpa takut menyebabkan rasa aman dari siksa Allah dan semuanya perkara yang tercela yang merusak akidah seseorang dan ibadahnya.

Dan berharap diterimanya amalan disertai rasa takut jika amalannya ditolak menjadikan manusia tawadhu dan khusyu kepada Allah Ta’alaa, sehingga bertambah imannya.

Dan apabila rasa berharap telah terwujud maka manusia mengangkat kedua tangannya ke langit memohon kepada Allah supaya amalannya diterima, karena hanya Dia saja yang Kuasa melakukannya, dan inilah yang dilakukan oleh bapak kita Ibrahim kekasih Allah dan putranya Ismail alaihima salam sebagaimana diceritakan oleh Allah Ta’alaa ketika keduanya membangun Kabah seraya berfirman:
( وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت وإسماعيل ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم)( البقرة:127)

Artinya: (Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail seraya berkata: Ya Rabb kami terimalah amalan kami. Sungguh Engkaulah Maha Mendengar, Maha Mengetahui)[QS Al-Baqarah: 127].

7- Diberi kemudahan melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat:
Subhanallah, jika Allah menerima ketaatanmu Dia memudahkanmu untuk melakukan amalan lain yang sebelumnya tidak dalam persangkaanmu, bahkan Dia menjauhkanmu dari maksiat meskipun engkau dekat dengannya. Allah Ta’alaa berfirman:

(فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى{5} وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى{6} فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى{7} وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى{8} وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى{9} فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى{10}) الليل:5-10).

Artinya: (Maka barangsiapa memberikan hartanya dan bertakwa, dan membenarkan pahala yang terbaik, maka kami mudahkan dia kepada jalan menuju kemudahan. Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup, dan mendustakan pahala yang terbaik, maka Kami akan memudahkannya jalan menuju kesukaran)[QS Al-Lail: 5-10].

8- Mencintai orang-orang shalih dan membenci pelaku maksiat:
Termasuk tanda diterimanya ketaatan, Allah memberikan hatimu rasa cinta kepada orang-orang shalih para pelaku ketaatan dan memberikan hatimu kebencian kepada para pelaku kerusakan dan kemasiatan.

روى الإمام أحمد عن البراء بن عازب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((إن أوثق عرى الإيمان أن تحب في الله وتبغض في الله)).

Imam Ahmad rahimahullah telah meriwayatkan dari Barra bin ‘Azib radhiallhu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (sesungguhnya ikatan buhul keimanan yang paling kuat adalah engkau mencintai karena Allah dan membenci karena Allah).

9- Banyak beristighfar:
Kalau kita merenungkan kebanyakan ibadah dan ketaatan maka hendaklah menutupnya dengan istighfar karena sejauh manapun manusia bersungguh-sungguh menyempurnakan amalannya pasti ada kekurangan dan kelalaian, sebagaimana setelah kita melakukan manasik haji Allah berfirman:
(ثُمَّ أَفِيضُواْ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ) (البقرة:199).

Artinya: (Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan beristighfarlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang)[QS Al-Baqarah: 199].
Dan sesudah sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk beristighfar sebanyak tiga kali. Dan orang yang melakukan qiyamulail mengakhirinya dengan istighfar di waktu sahur.

قال تعالى : (وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ )(الذاريات18)

Firman Allah Ta’alaa: (dan pada akhir malam mereka memohon ampunan kepada Allah)[QS Adz-Dzariyat: 18].

Dan Allah Ta’alaa mewasiatkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dalam firman-Nya:
(فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ) (محمد:19)

Artinya: (Ketahuilah, bahwasanya Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan mohon ampunlah atas dosamu dan kaum mukminin dan mukminat)[QS Muhammad: 19].

Dan Allah memerintahkan juga kepada Nabi-Nya untuk mengakhiri hidupnya dengan ibadah kepada Allah, jihad dijalan-Nya dengan istighfar seraya berfirman:

(إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ{1} وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً{2} فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً{3})النصر

Artinya: (apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu melihat manusia berbondong-bondong masuk kedalam agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan beristighfarlah, sesungguhnya Dia Maha Pengampun)[QS An-Nashr].

Dan beliau biasa mengucapkan dalam ruku dan sujudnya

 ( سبحانك اللهم ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي) رواه البخاري.

Artinya: (Maha Suci Engkau Ya Allah Rabb kami dan dengan memujimu, Ya Allah ampunilah aku) HR Imam Bukhari.

10- Konsisten dalam mengerjakan amal shalih:

Diantara petunjuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam adalah konsisten dalam amal shalih sebagaimana dalam hadits:

فعن عائشة- رضي الله عنها - قالت: (كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا عمل عملاً أثبته) رواه مسلم.
Dari Aisyah radhiallahu anha berkata: (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengerjakan suatu amalan beliau menetapkannya) HR Imam Muslim.

Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قل). متفق عليه.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit).Muttafaqun ‘alaihi.

Mudah-mudahan Allah Ta’alaa menerima semua amalan kita terutama puasa, qiyamul lail, tilawah, sadaqah kita di bulan Ramadhan.

(Disarikan dari makalah Sheikh Amir bin Muhammad Al-Mudri imam dan khatib masjid Al-Iman di Yaman)

Sumber : voa-islam.com

Penting! Ini Hukumnya Menyikat Gigi Saat Berpuasa

Reportaseterkini.net - Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . “Seandainya tdk memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka utk bersiwak setiap kali berwudhu.” (Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dlm kitab Shahihnya secara mu’allaq (tanpa sanad). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Khuzaimah 1: 73 dgn sanad lebih lengkap. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)


Hadits-hadits yg semakna dgn hadits di atas yg membicarakan keutamaan bersiwak adlh hadits mutlak yg menunjukkan bahwa siwak dibolehkan setiap saat. Inilah pendapat yg lebih tepat.” (Tuhfatul Ahwadzi, 3: 488). Disebutkan Imam Bukhari dlm kitab shahihnya, Ibnu Sirin berkata, “Tidak masalah menggunakan siwak basah.” Ada yg mengatakan, “Siwak basah memiliki rasa.” Ibnu Sirin menyanggah, “Air juga memiliki rasa, namun masih dibolehkan berkumur-kumur dgn air.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, Ibnu ‘Umar juga berpendapat bahwa tdk mengapa menggunakan siwak yg basah maupun yg kering.
Intinya, siwak basah masih dibolehkan krn yg dikhawatirkan sesuatu yg masuk lewat mulut. Sebenarnya sama halnya dgn berkumur-kumur.Jika ada sesuatu basah yg berada di mulut dimuntahkan, maka tdk merusak puasanya. Lihat pembahasan dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 488.

Sikat Gigi Saat Puasa

Kalau kita melihat dari perkataan ulama masa silam, menyikat gigi tdk membatalkan puasa asalkan tdk ada pasta atau sesuatu yg masuk dlm rongga tubuh atau perut.

Imam Nawawi rahimahullah berkata,"Jika seseorg bersiwak dgn siwak yg basah lantas cairan dari siwak tadi terpisah lalu tertelan, atau ada serpihan dari siwak yg ikut tertelan, puasanya batal. Hal ini tidak ada perbedaan di antara para ulama (Syafi’iyah, pen.).Al-Faurani dan yg lainnya menegaskan seperti itu.” (Al-Majmu’, 6: 222) . “Membersihkan gigi saat dgn pasta gigi tdk membatalkan puasa sebagai siwak.Hal ini selama menjaga diri dari sesuatu yg masuk dalam rongga perut.Jika tdk sengaja ada sesuatu yg masuk di dlm, maka tdk batal.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15: 260) [reportaseterkini.net]

Selasa, 07 Juni 2016

Astaghfirullah, 11 Kesalahan yang Sering Di Lakukan Di Bulan Ramadhan, Nomor 6 Paling Sering

Reportaseterkini.net - Dalam setahun, ada satu bulan yang kedatangannya selalu kita nantikan, ia adalah bulan Ramadhan. pada bulan ini Allah menumpahkan kebaikanNya untuk segenap hamba-hambaNya yang beriman. Di bulan ramadhan, kedermawanan Nabi Saw lebih deras dari hembusan angin. Para sahabat dan salafus shalih terdahulu selalu berlomba-lomba menumpuk kebaikan dan amal ibadah didalamnya. Namun saat ini, kondisi umat islam sungguh memilukan, mayoritas mereka tak saja lemah untuk diajak beristibaqul khairaat (berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan) di bulan penuh kemuliaan ini, tapi mereka selalu saja tiap tahun tak siap dengan amalan-amalan yang semestinya mereka lakukan secara benar. Karena itu, kami berikut ini menyajikan tulisan tentang berbagai kesalahan yang sering dilakukan di bulan ramadhan.



Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah, musim berbagai macam ibadah seperti puasa, sholat, membaca Al-qur’an, bersedekah, berbuat baik, beramar ma’ruf dan nahi munkar, berjihad, mengikuti majlis ilmu, dzikir, do’a, istiqhfar, memohon surga, berlindung dari masuk neraka serta macam-macam ibadah dan amal kebajikan lainnya.

Orang yang beruntung adalah yang menjaga setiap detik waktunya, baik di siang atau malam hari untuk berbagai amal perbuatan yang menjadikannya berbahagia serta lebih dekat kepada Allah, sesuai dengan yang diperintahkan, tanpa menambah atau mengurangi. Karena itu, setiap muslim wajib belajar tentang hukum-hukum puasa.

Sayangnya, tak sedikit orang yang melalaikan masalah ini, sehingga banyak terjerumus pada masalah-masalah. Diantara kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan orang berkaitan dengan bulan ramadhan adalah :

1. Tidak mengetahui hukum-hukum puasa serta tidak menanyakannya. Pada hal Allah berfirman: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui."(An-Nahl:43)

Dan Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agamanya."(H.S.R Bukhari dan Muslim)

2. Menyambut bulan suci ramadhan dengan hura-hura dan bermain-main (main petasan, main kartu, main games), nonton sinetron, ngabu-burit. Padahal yang seharusnya adalah menyambut bulan yang mulia tersebut dengan dzikir dan bersyukur kepada Allah, karena masih diberi umur bertemu kembali dengan bulan ramadhan. Lalu hendaknya ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, kembali kepada Allah serta melakukan muhasabatun nafs (mengintrospeksi diri/melakukan perhitungan dosa-dosa pribadi), baik yang kecil maupun yang besar, sebelum Datang Hari Perhitungan dan Pembalasan atas setiap amal yang baik maupun yang buruk.

3. Sebagian orang, bila datang bulan ramadhan mereka bertaubat. Rajin shalat dan berpuasa, mengenakkan jilbab, meramaikan masjid. Berhenti merokok dan main judi dan tidak main perempuan. Bahkan yang lucu pelacur pun menagmbil cuti selama bulan Ramadhan. Tetapi jika bulan ramadhan talah berlalu mereka kembali lagi meninggalkan sholat dan melakukan lagi berbagai perbuatan maksiat. Alangkah celaka golongan orang seperti ini, sebab mereka tidak mengetahui Allah kecuali di bulan ramadhan. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Tuhan bulan-bulan pada sepanjang tahun adalah satu jua? Yaitu Allah Swt. Bahwa maksiat itu tetap haram hukumnya di setiap waktu? Dan Bahwa Allah Swt mengetahui perbuatan mereka di setiap saat dan tempat?
Karena itu, hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha (benar-benar taubat), meninggalkan maksiat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dimasa lalu, selanjutnya berkemauan kuat untuk tidak mengulanginya dikemudian hari sesudah bulan Ramadhan. Dengan demikian insyah’Allah taubat mereka akan diterima, dan dosa-dosa mereka akan diampuni.

4. Anggapan sebagian orang bahwa bulan ramadhan adalah kesempatan untuk tidur dan bermalas-malas di siang hari, serta untuk bergadang di malam hari, ngobrol sama teman-teman di waktu taraweh, chating di internet, berpacaran dsb. Lebih disayangkan lagi, mayoritas mereka bergadang dalam hal-hal yang dimurkai Allah, berhura-hura, bermain yang sia-sia, menggunjing, adu domba dan sebagainya. Hal-hal semacam ini sangat berbahaya dan merugikan mereka sendiri.
Sesungguhnya hari-hari bulan ramadhan merupakan saksi taatnya orang-orang yang taat dan saksi maksiatnya orang-orang yang ahli maksiat dan lupa diri.

5. Sebagian orang ada yang merasa sedih dengan datangnya bulan ramadhan dan bersuka cita jika keluar dari padanya. Sebab mereka beranggapan bahwa bulan ramadhan akan menghalangi mereka melakukan kebiasaan maksiat dan menuruti syahwat. Meraka berpuasa sekedar ikut-ikutan dan toleransi. Karena itu mereka lebih mengutamakan bulan-bulan lain dari pada bulan ramadhan. Padahal ia adalah bulan penuh barakah, ampunan, rahmat dan pembebasan dari neraka bagi setiap muslim yang melakukan kewajiban-kewajibannya dan meninggalkan setiap yang diharamkan atasnya, mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang.

6. banyak orang yang bergadang pada malam-malam bulan ramadhan dengan melakukan sesuatu yang tidak terpuji, bermain-main, ngobrol, jalan-jalan atau duduk-duduk dijembatan atau terotoar jalan. Pada tengah malam mereka baru pulang dan langsung sahur kemudian tidur. Karena kelelahan, mereka tidak bisa bangun untuk sholat subuh berjamaah pada waktunya. Ada banyak kesalahan dari perbuatan semacam ini:

a. Bergadang dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Padahal Nabi saw membenci tidur sebelum Isya’ dengan bercengkerama (ngobrol) setelahnya kecuali dalam hal perbaikan. Dalam hadits Riwayat Ahmad, Rasulullah saw bersabda: "Tidak boleh bercengkerama kecuali bagi orang yang sholat atau bepergian."(Imam As-Suyuti berkata, hadits ini hasan).

b. Sia-sianya waktu mereka yang sangat berharga. Mereka sama sekali tidak memanfaatkannya sedikitpun. Padahal masing-masing orang akan menyesali setiap waktu yang ia lalui tanpa diiringi dengan mengingat Allah didalamnya.

c. Menyegerakan sahur sebelum waktu yang dianjurkan, jam 2.00 atau jam 3.00. Padahal Rasulullah saw menganjurkan sahur pada akhir malam sebelum terbit fajar.

Musibah terbesar mereka adalah tidak dapat menunaikan sholat shubuh berjemaah tepat pada waktunya. Betapa tidak, sebab pahala shubuh berjamaah menyamai sholat satu malam atau separuhnya. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah saw: "Barang siapa sholat isya’ berjamaah maka seakan-akan ia sholat separuh malam dan barang siapa sholat shubuh berjamaah maka seakan-akan ia sholat sepanjang (satu) malam." (HR. Muslim dari Utsman bin Affan Radhiallahu Anhu)
Orang yang meninggalkan shalat shubuh secara berjamaah tersebut berkarakter sebagaimana orang-orang munafik, mereka tidak melakukan sholat kecuali dalam keadaan malas, mengakhirkan waktunya dan tidak berjamaah. Mereka mengharamkan dirinya dari mendapatkan keutamaan serta pahala yang besar.

7. Menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriah seperti makan, minum dan bersenggama dengan istri, tetapi tidak menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara maknawiyah seperti menggunjing, adu domba, dusta, melaknat, mencaci, nonton blue movie, memandang wanita-wanita di jalanan, di toko, di pasar dan sebagainya.

Seyogyanya setiap muslim memperhatikan puasanya, menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan dan membatalkan puasa. Sebab betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga belaka. Betapa banyak orang yang sholat, tetapi ia tidak mendapatkan kecuali bergadang dan payah saja. Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum."(HR.Al-Bukhari).

8. Meninggalkan sholat taraweh. Padahal telah dijanjikan bagi orang yang menjalankan karena iman dan mengharap pahala dari Allah ampunan akan dosa-dosanya yang telah lalu. Orang yang meninggalkan sholat taraweh berarti meremehkan adanya pahala yang agung dan balasan yang besar ini.

Ironinya, banyak umat islam yang meninggalkan sholat taraweh. Barangkali ada yang ikut sholat sebentar lalu tidak melanjutkannya hingga selesai. Atau rajin melakukannya pada awal-awal bulan ramadhan dan malas ketika sudah akhir bulan, bahkan sejak minggu kedua bulan Ramadhan mereka tidak ikut lagi sholat taraweh, alasan mereka, sholat taraweh hanya sunnah belaka.
Benar, tetapi ia adalah sunnah mu’akkadah yang dilakukan olah Rasulullah saw, Khulafaur Rasyidin dan para Tabi’in yang mengikuti petunjuk mereka. Ia adalah salah satu bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dan salah satu sebab bagi ampunan dan kecintaan Allah kepada hambaNya. Orang yang meninggalkan berarti tidak mendapatkan bagian dari padanya sama sekali. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian. Dan bahkan mungkin orang yang melakukan sholat taraweh itu bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar, maka ia akan beruntung dengan ampunan dan pahala yang amat besar.

9. Sebagian orang ada yang berpuasa, tetapi meninggalkan sholat atau hanya sholat ketika bulan ramadhan saja. Orang semacam ini puasa dan sedekahnya tidak bermanfaat. sebab sholat adalah tiang dan pilar utama agama islam. Sholatlah yang membedakan orang beriman dengan orang munafiq atau kafir.

10. Melakukan perjalan keluar negeri pada bulan ramadhan untuk tujuan yang baik, tetapi agar bisa berbuka puasa dengan alasan musafir.
Perjalanan semacam ini tidak dibenarkan dan ia tidak bolah berbuka karenannya. Sungguh tidak tersembunyi bagi Allah tipu daya orang-orang yang suka menipu. Sebagian besar orang yang melakukan hal tersebut adalah para tukang mabuk dan minuman-minuman keras, atau pengisap ganja dan sabu-sabu. Mudah-mudahan Allah menjauhkan umat kita dari yang demikian.

11. Berbuka dengan sesuatu yang haram. Seperti minuman yang memabukkan, rokok dan sejenisnya. Atau berbuka dengan sesuatu yang didapatkan dari yang haram. Orang yang makan atau minum dari sesuatu yang haram tak akan diterima amal perbuatannya dan tak mungkin pula do’anya dikabulkan. Wallahu a’lam. (voa-islam)
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2009/09/08/1037/kesalahan-yang-sering-dilakukan-di-bulan-ramadhan/#sthash.rSSGiggj.dpuf

Apa menu sahur pertama kalian? Lalu apa sih keutamaan sahur? Berikut Penjelasannya

Reportaseterkini.net - Pertama, makan sahur adalah barokah. Dari Salman ra, Rasulullah Saw bersabda: “Barokah itu ada pada tiga perkara: al-Jama’ah, ats-Tsarid dan makan Sahur.” (HR At Thabrani)



Dari Abdullah bin al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Saw: Aku masuk menemui Nabi Saw ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda: “Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan.” (HR An-Nasa’i)

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Dalam makan sahur juga (berarti) menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah Saw menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda ra: “Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.” Kedua, Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah (karena) Allah SWT akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka, berdoa kepada Allah agar mema’afkan mereka agar mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan oleh Allah di bulan Ramadhan.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah Saw bersabda: “Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.” [reportaseterkini.net]